Minggu, 11 November 2012

Langitpun Menangis Untukmu

"Berapa jam yang telah kita habiskan dari waktu kita duduk didepan komputer, notebook, netbook, blackberry dalam sehari?
Coba dihitung, jika satu hari 24 jam, dan kita  tidur sekitar 6-8 jam, berarti tinggal 16-18 jam waktu yang bisa kita manfaatkan.
Dan coba bandingkan, berapa menit yang kita lalui dari 16-18 jam itu untuk bersama-NYA? Jika kita hanya menghabiskan 5 menit tiap shalat, berarti sehari hanya 25 menit.
Jika ditambah shalat sunat 5 menit lagi, maka 30 menit. Bayangkan! Hanya 30 menit dari 16-18 jam saat sadar kita. Betapa tidak adilnya kita pada usia kita yang kita cintai seakan kita akan hidup selamanya."

Kata-kata Andita itu masih terngiang ditelingaku. Kami berempat adalah teman akrab sejak kuliah. Teman-teman menyebut kami si manis manja  group. Tapi meskipun diberi julukan manis manja group, tidak ada yang manja diantara kami.

Soraya gadis tercantik diantara kami, masih keturunan Mesir. Kulitnya yang putih, tinggi langsing, dengan rambut yang bergelombang panjang, pantas menjadikannya foto model. Tapi Soraya minta ampun juteknya, sangat cerewet dan perfeksionis. Dia rajin membaca, tapi sebenarnya tingkat kecerdasannya tidak tinggi amat, karena jika tidak belajar, dia benar-benar seperti katak dalam tempurung, hah? hoh? ooohhh gitu?

Andita, berwajah manis, bulat, putih, wajahnya khas sekali seperti wanita jawa, seperti Ibu Kartini. Namun rambutnya pendek, tomboy, tingginya sedang, cukup berisi tubuhnya, karena rajin naik gunung, dan main basket. Sebenarnya dia paling cerdas, jarang belajar, tapi selalu cum laude. Kalau menjelaskan tentang sesuatu sangat detail, dan senang menganalisa segala sesuatu.

Karin, cantik, lembut, berkulit ecoklatan, tampangnya mirip-mirip gadis amerika latin yang sensual. Banyak penggemar, karena rajin tebar pesona. Suka cuek, dan jarang belajar. Karena cowok-cowok akan datang dan berebut untuk mengajarkan tentang mata kuliah sesuatu untuknya. Dan aku tahu, sebenarnya Karin sudah mengerti, karena dia cukup cerdas, tapi wajahnya yang selalu seakan-akan polos dan belum mengerti, membuat senang para cowok itu yang merasa menjadi superior di depan Karin.

Aku sendiri, bernama Jelita, padahal aku sama sekali tidak merasa jelita. Sehingga aku sering protes pada orang tuaku kenapa aku diberi nama Jelita. Padahal aku bertampang paling biasa-biasa saja, diantara kami berempat. Mataku memang kecoklatan, karena ayahku bermata coklat. Tapi kulitku juga kecoklatan cenderung gelap. Tulang pipiku tinggi, dan hidungku tidak terlalu mancung. Yang membuat wajahku agak unik adalah karena kedua bola mataku berjarak agak jauh dibanding kebanyakan orang, dan alis mataku agak tebal, sehingga semua teman mengatakan wajahku sangat spesial dan berkarakter.
Aku lumayan cerdas, kalau diranking dari kami berempat, aku dibawah Andita. Meskipun aku tidak pernah cum laude seperti Andita, tapi aku cukup terkenal, karena paling suka berorganisasi.

Persahabatan kami tidak pernah putus meskipun kami sudah selesai kuliah sejak 10 tahun lalu.
Soraya memutuskan menjadi dokter spesialis kulit, dan sekarang dia menjadi salah satu dokter kebanggaan Fancy clinic, klinik kecantikan yang terkenal di ibukota. Dia sudah menikah dengan pengusaha terkenal, tapi menolak punya anak, karena katanya akan mengganggu bentuk tubuhnya yang sudah meawan.
Andita menghilang, dan hanya menjadi dokter umum, padahal dulu dia yang paling cerdas. Sejak 5 tahun lalu dia ikut suaminya tugas ke Malaysia, anaknya 5!
Karin, justru yang belum menikah. Padahal dulu yang paling sering gonta ganti pacar adalah Karin. Dia menikmati jadi dokter spesialis Obstetri Ginekologi. Kesibukannya membuatnya tidak lagi tertarik untuk hidup berbagi rupanya.
Aku, hanya mengambil S2 manajemen RS,  tidak meneruskan spesialis, karena malas jaga malam. Suamiku seorang dokter bedah yang cukup sibuk, sehingga aku memutuskan untuk lebih punya waktu banyak dengan  anak-anakku yang berjumlah 2 orang.

Setelah lulus, kami rajin bertemu 3 bulan sekali, kemudian 6 bulan sekali, lama-lama setahun sekali. Dan sekarang sejak Andita ke Malaysia, kami juga tidak pernah kumpul-kumpul lagi.
Dan sebulan lalu, tiba-tiba Andita muncul di Jakarta dan mengajak bertemu. Meskipun aku bertiga dengan Soraya dan Karin, jarang bertemu spesial, tapi pada even-even tertentu, seperti kongres atau reuni angkatan kecil-kecilan, masih suka bertemu.

Andita begitu berubah, dia begitu cantik dengan jilbab panjangnya, bajunya gamis coklat. Warna kesayangannya. Kami terkejut melihatnya berubah. Dia yang paling tomboy bisa berubah seperti ini, dan punya anak 5. Dia yang paling cerdas, memutuskan hanya menjadi dokter umum, dan tidak mengambil spesialisasi.
Aku tertegun. Soraya langsung protes, "Ngapain sih pake jubah kayak gitu, Ta? gak modis tahu?!"
Karin dengan santainya, berujar "Kesambet dimana Ta? Malaysia? Hati-hati lho jangan ikut-ikutan kelompok macem-macem, ntar ditangkep"
Andita hanya tersenyum manis, "Memang kenapa dengan bajuku? aneh?"

Masalah itu kemudian tidak menjadi topik utama, karena kami demikian rindu padanya. Kami saling bercanda, bernostalgia. Tapi memang tidak sepenuhnya konsentrasi. Soraya asyik dengan netbooknya dan chatting entah dengan pria mana lagi. Aku sendiri bolak balik buka blackberry karena RS tempatku bekerja sedang akreditasi.
Andita mengalah, ketika kami sedang asyik dengan dunia kami.

Dan tiba-tiba pertanyaan itu mengemuka, "Cintakah kalian pada usia kalian?" tanya Andita.
Kami serempak bertanya, "Kenapa sih?"
"Aku cuma melihat teknologi, ternyata membuat kita menjadi berjarak. Padahal justru teknologi membuat komunikasi kita menjadi unlimted," dia menghela nafas.
"Berapa jam kita menghabiskan waktu kita untuk dunia, dan berapa menit kita menghabiskan waktu kita untuk bersamaNYA?"

Kami terdiam, aku menghitung dalam seminggu ini aku sudah 3x tidak shalat subuh karena kesiangan.
"Apa sih tujuan kita hidup didunia ini? menjadi dokter adalah anugerah terindah, karena tanpa mengeluarkan biaya, modal, asal ikhlas, kita sudah beribadah  menolong orang lain. Betapa sayangnya, amal ibadah horizontal ini, tidak diikuti ibadah vertikal kepadaNYA? Apa yang kita lakukan saat terjaga? kemana larinya hati jika sendiri?
Apakah jika ada cobaan saja kita baru ingat padaNYA?"
Dia melanjutkan, "Pada saat kita ke pemakaman, apa yang terlintas di kepala? sekedar sedih 1-2 jam, kemudian asyik lagi dengan dunia kita. Tidakkah kita berfikir, bahwa kita akan menyusul kelak? Terbaring sendiri menyatu dengan tanah, tidak ada suami, anak-anak, orang tua, sahabat, hanya amal kita yang menemani."

Hari itu diakhiri dengan renungan indah dari Andita, yang cukup menyentak nurani kami. Ya, berapa menit untukNYA, dan berapa belas jam untuk dunia?
Aku bisa seharian chatting di facebook, milis, daripada ngajarin anak-anak belajar. Padahal pelajaran Tahfidz anakku menurun semester ini. Aku memasukkannya ke sekolah islamic internasional, karena aku tidak mau repot ngajar dia sholat dan mengaji.

Tapi, beberapa hari kemudian aku kembali disibukkan dengan pekerjaanku sebagai direktur pelayanan medik, RS terkenal, mahal, hebat dan Megah di Jakarta. Renungan indah dari Andita pun menguap seperti embun yang hilang ketika sinar matahari tiba.

*********
Pagi ini aku bagaikan mendengar petir disiang bolong, ketika telepon Soraya dengan isak tangisnya menyerbu pagi, dan membuatku harus mencubit tanganku berulang kali untuk meyakinkanku bahwa ini bukan mimpi.
"Kamu kemana aja semalam? aku telepon tidak diangkat, telepon ke rumah tidak ada. Suamimu pun tidak ada dan tidak angkat telepon. Aku sekarang di Jogja, di RS PKU Muhamadiyah. Andita masuk ICU, sudah tidak sadar. Dari semalam aku sudah disini bersama Karin."

Aku segera terbang ke Jogja, dan sepanjang perjalanan airmataku tidak bisa berhenti menetes. aku, si cengeng Jelita, yang selalu sangat sensitif. Aku masih ingat ketika aku dipaksa memutuskan cintaku oleh Soraya dan Karin, karen kekasihku selingkuh, aku menangis selama 2 hari 2 malam. Ditemani 3 sahabatku. Soraya dan Karin, mengatakan betapa bodohnya aku menangisi laki-laki yang tidak pantas. Hanya Andita yang membelai rambutku dan mengatakan, "Allah sayang sekali pada kalian, sehingga menjaga kalian untuk terhindar dari dosa yang mungkin bisa saja terjadi dalam hubungan kalian. Engkau adalah sahabatku yang cantik dan baik hati, Rangga juga pemuda yang baik hati.
Tapi Allah punya simpanan buat kalian masing-masing nanti, jodoh yang terbaik untuk kalian berdua. Kalau ternyata Rangga adalah jodohmu, pasti kalian akan dipertemuka lagi, dalam ikatan yang lebih di ridhoiNYA."

Ah Andita...
Sudah setahun ini engkau tinggal di Jogja, dipesisir gunung kidul menjadi dokter umum di daerah yang gersang, kering dan miskin, tapi kami sama sekali tidak tahu.
Dan sebulan lalu saat pertemuan kita yang terakhir, kami sama sekali tidak menanyakan apa yang terjadi padamu selama 5 tahun ini, tinggal  dimana sekarang, apa kabar anak-anakmu, dan kenapa tubuhmu sangat kurus. Kami malah asyik bercerita tentang kehidupan kami masing-masing selama 5 tahun ini. Soraya asyik bercerita dengan pasiennya yang sangat banyak dan rela antri untuk menunggu 3 minggu sekedar ingin berkonsultasi tentang jerawat dipipinya.
Karin asyik menceritakan bahwa dia sekarang menjadi salah satu dari 4 ahli spesialis wanita yang mendalami endokrinologi reproduksi, bayi tabung, yang menjadi kebanggan negeri ini, yang sering dipanggil untuk berbicara di forum internasional, yang bertangan dingin, dan banyak pasangan yang berhasil memiliki keturunan karena berobat padanya.
Dan aku ahli marketing RS yang selalu mempunyai ide original dan innovatif, yang diperebutkan oleh manajemen Rumah Sakit-Rumah Sakit terkenal.
Kami sama sekali tidak bertanya apapun tentang dirimu!
Seperti biasanya engkau hanya menjadi pendengar yang baik, tersenyum dan melontarkan kalimat-kalimat yang menyejukkan hati.

Aku mendapatinya, terbaring tidak sadar, dengan wajah putihnya yang sekarang tampak tirus, dengan ventilator untuk membantu pernafasan dan jantungnya.
Kenapa Andita? aku menangis dan memelukmu, ada apa sahabatku?
Soraya kehilangan sifat perfeksionismenya, dia tampak pucat, tidak berdandan, dia terus membaca Yasin. Karin duduk, diam ditepi tempat tidur Andita, wajahnya mendung penuh duka, dia memeluk si kembar Laila dan Laili, bungsu dari Andita yang baru berusia 2 tahun.
Suami Andita memeluk kaki Andita dan terus menangis.

Kedua orang tua Andita yang sudah tampak renta terlihat tegar dan membacakan Yasin di ujung tempat tidur.
Andita terlahir dari keluarga sederhana di Bantul, Jogjakarta. Kedua orang tuanya guru SD. Dia anak pertama dari 7 bersaudara. Dia berusaha menjadi contoh buat adik-adiknya. Masa SMP dan SMAnya di kota Jogja, dan setiap pagi dan petang, dia mengayuh sepedanya puluhan kilometer untuk menuntut ilmu.
Kecerdasannya mengirimnya ke sekolah kedokteran di Jakarta dengan beasiswa.
Meskipun dari daerah, dan bahasa jawanya sangat kental, dia tidak pernah minder. Kami semua menyayanginya. Dia menyukai alam, dan sering bepergian naik gunung. Tidak banyak bicara, tapi sekali bicara, begitu tenang dan menyejukkan.
Selama kami bersahabat, 3x kami pergi ke rumahnya di desa untuk berlibur. Keluarganya sangat sederhana dan penuh keikhlasan. Sambil kuliah dia  masih sempat bekerja menterjemahkan buku-buku bahasa Inggris untuk kedokteran, dan kadang-kadang memberikan les inggris untuk anak-anak SD dan SMP. Uangnya dikirimkan untuk sekolah adik-adiknya.

Soraya bercerita sambil terisak diluar kamar, kami berpelukan dan tidak berhenti menangis.
2,5 tahun lalu saat hamil si bungsu kembar, dia terkena kanker payudara. Seharusnya kandungannya digugurkan, karena akan mempengaruhi progresivitas dari kanker payudaranya. Tapi Andita menolak dan memilih meneruskan kehamilannya. Setelah bungsunya lahir, dilakukan operasi pada payudaranya, namun stadiumnya sudah terlanjur memburuk.
Kemotherapinya sudah selesai. Setahun lalu, suaminya minta izin untuk menikah lagi. Andita mengabulkannya, dengan syarat dia ingin pulang ke Indonesia membawa anak-anaknya. Suaminya mengizinkan Andita pulang. Andita memilih untuk berpisah karena khawatir dia tidak lagi bisa ikhlas melayani suaminya.
Dia merawat kelima anaknya di desa, menjadi dokter umum, pasiennya boleh bayar jika mampu, tidak bayarpun tidak apa-apa.
3 bulan lalu, sakit kepala yang terus menderanya, membawanya kembali pada kenyataan bahwa sudah terjadi metastasis ke otak.
Dan kami, yang mengaku sahabat terbaiknya, sama sekali tidak tahu apa yang terjadi padanya.

Sebulan lalu dia datang menemui kami, sebenarnya ingin mengatakan bahwa dia kesulitan keuangan untuk operasi, terjadi beberapa opini yang berbeda dari dokter bedah syaraf di Jogja, sebagian mengatakan tumor primer, sebagian mengatakan metastasis. Sehingga ada yang menganjurkan untuk operasi, ada yang mengatakan hanya perlu di kemotherapi ulang.
Tapi dia tidak sanggup mengatakannya pada kami. Adiknya mengatakan dia pulang dengan tangan hampa namun tersenyum, "aku tidak mengganggu kebahagiaan sahabat-sahabatku dengan ceritaku dan kesulitanku."

Aku menyesali kebodohanku, padahal pertanyaan itu sudah diujung lidahku, "kenapa sekarang kamu kurus sekali, Dita?" tapi aku tidak bertanya dan malah asyik kembali bercerita.
Betapa sulit untuk menjadi pendengar, tapi Andita telah sabar menjadi pendengar kami, meskipun dia sedang sakit dan membutuhkan bantuan.
Jangan pergi, Andita, engkau sahabat terbaik kami, maafkan kami.

Engkau yang melindungi Soraya saat dia ketahuan mencontek ujian histilogimu, Soraya panik dan belum sempat belajar, namun engkau mengatakan engkau yang tidak bisa dan mencontek pekerjaan Soraya.
Andita yang pemberani, dan meghajar laki-laki yang sengaja menghimpit Karin di bis. Andita yang selalu bisa mengerti aku yang sering menangis meskipun hanya akibat masalah-masalah sepele.
Jangan pergi, Andita... Kami sangat mencintaimu...

********
Langit sangat mendung seakan berduka, penghuni langit menangis mengantar kepegianmu.
Siapakah engkau, Andita? apa amalan yang engkau bawa, sehingga engkau pergi di hari Jum'at, hari terbaik. Hari dimana bumi diciptakan, hari dimana nabi Adam diciptakan dan hari dimana nabi Adam meninggal.
Ratusaan orang men-shalat-kan jenazahmu, ratusan orang mengantar kepergianmu. Padahal engkau hanyalah wanita kurus yang terbungkus jilbab panjangmu dan gamis, yang mencerminkan kebersahajaanmu.
Engkau bukan Soraya, dokter spesialis terkenal yang cantik dan modis, yang kehadirannya membuat iri para wanita lain. Yang pasiennya sangat banyak dan rela antri.
Engkau juga bukan Karin, si dokter ahli kandungan yang bertangan dingin, yang menjadi pujaan pasien-pasiennya yang ingin punya keturunan, dan aset berharga yang dimiliki negeri ini.
Engkau bukan Jelita, yang kemampuan strategi pemasarannya mengantarkan pada posisi yang paling diinginkan dokter-dokter ahli manajemen Rumah Sakit, menjadi salah satu direktur pelayanan medik RS terkenal dan megah di ibukota.


Amalan apa yang  engkau bawa sahabatku, sehingga wajahmu bersinar cantik saat kepergianmu, kembali kepadaNYA?
Kami sungguh iri padamu, yang selalu ikhlas, dan berhati putih...
Selamat jalan jiwa yang tenang dan diridhoiNYA.
*****

Sumber : botefilia.com

Selasa, 06 November 2012

Aku Bukan Sebutir Pasir

DIA seperti malaikat di depan sahabat, teman, dan keluargaku. Kalimatnya menyenangkan orang-orang yang mendengarnya, tutur bahasanya sopan. Dia selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan orang lain, dia memelukku dan menciumku di depan umum. Semua orang menyangka kami adalah pasangan yang berbahagia.

Meskipun demikian, sahabat-sahabat kami juga maklum dengan gaya flamboyannya, yang tidak pernah ketinggalan kata 'sayang', terutama pada perempuan-perempuan yang diajaknya ngobrol. Mereka hanya mengatakan, "Yang penting, cintanya untuk kamu, Ta." Mereka juga maklum jika banyak perempuan yang rela meninggalkan rasa malunya untuk tetap mengajaknya kencan, meskipun dia sudah bukan pria single lagi. Seharusnya, aku berbahagia karena aku lah pilihannya.

Tapi, tidak demikian. Jika kami hanya berdua, kata-katanya sangat sering menusuk hatiku. Dia bisa seenaknya melempar mangkuk sayur yang kubuat karena kurang garam. Atau melempar kemejanya ke wajahku jika kemejaya masih ada beberapa bagian yang kusut. Atau mengatakan, "Bodoh banget sih kamu!" Yang paling menyakitkan, "Badan kamu kurus banget kayak papan penggilasan, bikin aku tidak nafsu sama kamu," lalu dia membalikkan badannya membelakangi aku. Betapa sakitnya hatiku.

Dia tidak mau mencumbuku tidaklah mengapa, tapi tidak perlu dia tambahkan kata-kata yang sangat tajam bagaikan silet. Bukanlah aku sudah kurus ketika dia melamarku untuk menjadi istrinya? Kemana saja dia selama ini? Dan bagaimana aku bisa menambah lemak di tubuhku jika hatiku selalu saja merasa tidak nyaman bersamanya. Bagaimana aku bisa tertawa bahagia mendengar dia ngobrol dengan mesra dengan seorang teman perempuannya di telepon atau memuji cantik banget sih kamu hari ini pada sekretarisnya di kantornya, sementrara aku di sampingnya. Aku bukan perempuan berhati dewi. Aku cuma perempuan biasa, yang selalu cemburu dan tidak dapat menerima kenyataan bahwa dia dan aku bagaikan bumi dan langit. Lima tahun bersamanya, mungkin hanya tahun pertama saja aku merasakan kebahagiaan. Selebihnya, hanya hinaan dan cacian, dan kata-kata dia sudah bosan sama aku. Namun....., dia begitu manis jika ada orang lain bersama kami.

Aku tidak tahu, terbuat dari apa hatinya. Kenapa dia sangat kasar dan tak pernah menganggapku ada. Apakah aku terlalu kampungan dan tidak bisa mengikuti gaya hidupnya? Bukankah dia sudah mengenalku dan ekonomi keluargaku ketika dia menikahiku? Kemana saja dia selama ini?

Lima tahun cukup buatku untuk mendampinginya. Aku tidak menganggapnya ini sebagai pengorbanan. Seorang istri tidak seharusnya merasa berkorban. Apa yang kulakukan selama ini sangat ikhlas, namun ada saatnya aku harus keluar dari gua tempat aku berlindung untuk menjadi seorang yang istimewa seperti mimpiku. Aku tidak tahu, apakah aku berani menghadapi ini semua. Aku tidak ingin menjadi sebutir pasir.....

*****

DIA seorang teman sefakultas yang sangat terkenal dan digilai gadis-gadis manapun. Jangankan dari fakultasku yang kebanyakan gadis-gadis manis dan lugu, melainkan juga dari fakultas sebelah, kedokteran gigi, yang penuh gadis menawan dan atraktif.

Bram, namanya. Jago ngeband, main basket, aktivis senat, pandai orasi, dan seabrek kepandaian lainnya, yang membuat para gadis akan antre untuk dapat kencan dengannya. Di kaca mobilnya selalu saja ada tempelan kertas yang bertuliskan, "Hai, ntar malam jadi kan ke rumahku?" Kali yang lain, "Hai Bram, kenalan dong. Aku tunggu ya jam 14.00 di kantin FKG." Kemudian, ada juga, "I miss u, Beib. Kapan kita kencan lagi?" Uugh, mau muntah rasanya aku membaca tulisan-tulisan itu. Kenapa sih tidak ada harga diri sama sekali? Menurutku, yang kuper ini, tidak sepantasnya para gadis mengejar laki-laki. Biar sudah mau mampus karena perasaan cinta yang berlebihan, tetap saja tidak boleh berlaku seperti itu.

Teman-teman menertawakan aku, "Denita sayang, sekarang mah sudah biasa perempuan mengekspresikan rasa yang ada di hatinya. Sama aja kayak laki-laki. Kalau tuh cowok senang juga, alhamdulillah, kalau nggak, ya cari lagi yang lain.....hehe..."
Tapi buatku, tabu untuk menyatakan lebih dulu. Mereka akan membuka kacamataku dan mengatakan, "Tata, kalau kacamatamu dilepas dan rambut ikalmu tidak usah dikepang terus, kamu tidak kalah sama Arfia."

Arfia adalah gadis paling ngetop di angkatanku, cantik, supel, cerdas, kaya, dan segala kelebihan seorang perempuan ada pada dia. Subhanallah, begitu besar karunia Allah pada Arfia. Dan Arfia jungkir balik mengejar Bram. Bram, seperti biasa, tebar pesona. Kadang mau didekati, kadang cuek bebek. Duh, Arfia, kamu kan bisa mencari orang lain yang juga tidak kalah dengan Bram.

Di tingkat dua, aku satu kelompok dengan Bram. Maaf saja, aku tidak tertarik dengan cowok seperti dia. Biar banyak teman-teman sekelas berusaha mencari perhatiannya, aku tetap saja menjadi si kutu kuper yang selalu cum laude. Entah kenapa hatiku begitu dingin, karena aku merasa bagaikan langit dan bumi antara aku dan dia.

Bram ternyata terpesona dengan kepandaianku! Dia baru menyadari ada seorang gadis bernama Denita di kelasnya, yang tidak pernah silau dengan ketampanannya. Dan dia terus mendekatiku. berpura-pura tidak mengerti tentang satu pelajaran, dan minta aku menjelaskannya. Saat aku menjelaskan hal-hal yang dia tidak mengerti, dia hanya memandangku dan mengatakan, "Ternyata, kamu punya mata yang sangat indah." Aku langsung muak dan meninggalkannya. Satu saat, dia akan mengatakan, "Kamu cantik sekali ternyata. Ketika kamu berbicara, burung-burung akan diam dan semut pun berhenti berjalan beriringan untuk mendengarkan suaramu yang indah." Di saat yang berbeda, dia pura-pura menarik tanganku, "Ya ampun, lembut sekali tanganmu, pasti hangat berada dalam genggamanmu." Setiap saat selama dua tahun, selalu ada saja yang dipujinya. Hampir tiap hari, dan tetap saja aku tidak menghiraukannya.

Tapi, suatu saat Bram kecelakaan. Dia terbaring di RS dalam waktu yang lama. Tiba-tiba, aku merasa kehilangan yang sangat. Dua tahun penuh dengan pujian tiap hari. Tiba-tiba, satu minggu ini terasa sepi.

Tidak ada yang mengejarku saat aku berlari pulang, dan mengatakan, "Denita, kamu gimana, sih? Aku udah nunggu kamu dua jam! Dua jam bukan waktu yang singkat untuk menunggu agar kamu mau aku antar pulang. Tapi, sekarang malah lari mau pulang sendiri. Kamu pikir kamu siapa? Banyak gadis lain yang ingin aku antar pulang," teriak Bram marah.

Aku menangis mendengarnya dan berkata pelan, " So What? Aku memang bukan siapa-siapa, antar saja gadis-gadismu pulang. Aku tidak butuh antaranmu." Dan aku pun berlari menuju bus kota yang sudah menunggu. Aku melihat kekecewaan berpendar dari bola matamu, dari balik kaca bus kota. Aku tidak tahu, apakah ini hanya trik Bram. Sebab, kamu tidak berhasil mendapatkan sesuatu?

Dia terkulai di pembaringan di kelas VIP RS elite di Ibukota. Kakinya masih ditraksi akibat patah tulang femur, karena kecelakaan motor dalam rally yang diikutinya.
Aku membezuknya sendiri, dan terharu melihat keadaannya. Maafkan aku, Bram, jika selama ini tidak bersikap baik padamu, padahal kamu selalu baik. Coklat yang sering kamu berikan, aku bagikan pada teman-teman. Bunga yang pernah kamu sisipkan di rambutku, dengan cepat aku buang karena tidak tahan dengan tawa teman-teman. Bahkan, aku tidak sanggup melihat cahaya mata Arfia yang cemburu melihatmu mendekatiku.

"Denita, tahukah kamu, kenapa aku kecelakaan?" Aku menggeleng di tempat tidur. "Karena aku selalu memikirkanmu setiap saat. Aku tidak bisa menghilangkan bayanganmu dari diriku. Saat rally kemarin, tiba-tiba saja aku teringat padamu. Aku melamun, tiba-tiba motorku sudah terjungkal, dan aku tidak sadarkan diri. Tahu-tahu sudah di sini. Sialan kamu, Tata!"
Aku diam. Aku tidak tahu, apakah aku menyukainya? Tidak ada getaran yang indah. Tidak ada rasa rindu dan menantikan esok segera datang. Tidak ada sesuatu rasa yang membuatku ingin selalu bersamanya.
Apa yang tidak layak dari Bram? semuanya begitu sempurna di dirinya. Wajah rupawan, pandai bermain musik, aktivis kampus, juga kaya raya. Aku seperti langit dan bumi dengannya.
"Aku ingin sekali menghabiskan waktu-waktu di hidupku bersamamu. Aku tidak pernah menemukan gadis yang punya karakter begitu kuat seperti dirimu. Engkau tidak pernah tergoda dengan materi, padahal begitu banyak gadis materialistis di sekelilingku. Engkau tidak pernah membalas rayuan maupun godaanku. Ada apa sih dengan dirimu? Frigid banget, sih! Aku jatuh cinta tau sama kamu!"
Aku kembali diam termangu. Jatuh cinta denganku? Ada apa dengan diriku?
"Denita...," dia mencoba merih tanganku.
Aku memandangnya dengan harum tapi aku tidak tahu apakah aku mempunyai rasa yang sama dengan dirinya? Kehadirannya selalu kubatasi, kupagari seluruh ruang hatiku agar aku tidak tertarik padanya. Aku tidak tahu, apakah demi seorang Arfia? Atau karena aku tidak layak untuknya? Atau karena masa lalu, masa kecilku? Suatu masa yang tidak mengenal arti mencintai dan dicintai?

*****

AKU anak pertama dari 6 bersaudara yang ditinggal pergi ayah sejak aku berusia 14 tahun. Ayah pergi meninggalkan ibu, yang katanya tidak pernah ayah cintai. Setiap bulan ayah selalu mengirimkan uang bulanan untuk kami, tapi kehadirannya tidak pernah ada.
Kehdiran jiwanya memang tidak pernah ada sejak aku kecil, saat aku mulai bisa mengenali seorang ayah dan seorang ibu. Kehadiran fisik tidak selalu mewakili kehadiran jiwa. Aku selalu melihat kesedihan di mata dan wajah ibu. Padahal, mereka dulu menikah bukan karena paksaan seperti layaknya zaman Siti Nurbaya. Mereka menikah atas kemauan sendiri. Tapi kata ibu, ayah lama-lama kehilangan cintanya pada ibu yang selalu sibuk mengurusi 6 anak.
Ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, yang tidak bisa mengambil keputusan, tidak bekerja, jarang menambah ilmu kerena terlalu sibuk dengan kami anak-anaknya, dan pasrah saja ketika ayah pergi meninggalkan kami. Kadang aku mendengar tangisnya di malam sunyi, saat orang-orang terlelap, ketika ibu shalat tahajud dan menangis dalam doa kepada-Nya. Kadang aku ikut menangis di tempat tidur kami, yang aku tempati dengan tiga adikku. Dua adikku yang terkecil tidur dengan ibu.
Waktu aku belum mengerti kenapa orang dewasa menangis, aku selalu heran, kenapa bila malam tiba dan sunyi, ibu selalu memangis. Dan kenapa lama-lama ayah makin jarang pulang? Padahal, ketika dia ada pun, dia hanya asyik mengotak-atik mobil tuanya. Aku seperti tidak memiliki ayah dan hanya memiliki separuh ibu. Aku tidak menyalahkan ibu, yang sibuk mengurus adik-adikku.
Aku tumbuh besar sendiri, menyadari arti perbuatan yang salah dan benar berdasarkan hukuman di sekolah. Kalau aku dihukum, berarti aku salah. Kalau tidak ada yang menghukum aku, berarti aku benar. Tidak ada pujian, meskipun aku sering berbuat baik dan selalu juara kelas. Semuanya berjalan biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Di rumah aku menjaga dan mengajarkan adik-adikku tentang pelajaran yang tidak mereka mengerti sehingga mereka tidak perlu ikut pelajaran tambahan atau les pada guru mereka, yang akan menghabiskan uang ibu.
Kehidupanku sangat sederhana. Aku tinggal di gang kecil yang hanya masuk satu mobil. Rumah kami dan tetangga kami penuh kehangatan. Maksudnya, sangat berjejal dan berdempet-dempetan. Aku bersyukur meski pun cinta di antara ayah dan ibu hilang, mereka tidak pernah berteriak-teriak dan saling memaki, seperti yang sering aku dengar dari tetangga-tetangga di sekitarku.
Tidak pernah ada anak laki-laki yang menggodaku, seperti mereka menggoda teman-temanku. Aku tidak cantik, semua di diriku sungguh sangat biasa. Mataku bulat, namun jarang  bersinar. Tubuhku kecoklatan dan tidak halus. Aku adalah gadis yang tidak pernah percaya diri, kalau tidak mau dibilang sangat rendah diri.
Aku tidak tahu arti mencintai dan dicintai karena aku terlalu sibuk dengan belajar dan belajar. Namun, aku bertekad akan menjadi seorang perempuan yang istimewa, yang kehadiranku selalu dinantikan dan diharapkan oleh orang-orang di sekitarku, yang selalu dirindukan oleh teman-temanku ketika aku tidak hadir.
Aku tidak mau menjadi sebutir pasir di tepi pantai, yang akan terhempus angin laut lalu hilang entah kemana. Kalaupun masih berserakan di tepi pantai, tidak ada seorang pun yang bisa membedakan sebutir pasir dari butiran pasir lainnya.
Dan aku merasa menjadi perempuan yang istimewa ketika seorang Bram melamarku. Aku merasa inilah saatnya keluar dari kesedihanku, menemukan orang yang mencintai-ku. Meskipun aku tetap tidak merasakan rasa dan getaran yang indah bersamanya, dia adalah laki-laki pertama yang mengatakan cinta dan melamarku. Aku merasa hidupku seperti di sinetron dan dongeng, Cinderella menemukan pangerannya.
Tapi, ternyata... ini hanya awal dari penderitaan episode kedua...

*****

AKU bertemu kembali dengannya setelah 15 tahun kami berpisah. Aku yang pergi darinya, tidak ada kata cerai maupun surat cerai. Aku tidak mau seperti ibuku yang ditinggalkan ayah. Aku mempunyai harga diri dan berharap orang lain pun bisa menghargai aku.
Aku melihatnya tampak letih dan tua. Aku tidak tahu, masihkah dia mengenali aku?
Setelah pergi darinya, aku melanjutkan spesialisasi kedokteran jiwa, mungkin lebih tepatnya untuk mengobati diriku sendiri yang kadang penuh kecemasan dan paranoid. Dalam waktu 10 tahun terakhir, karierku meningkat dengan cepat. Aku, yang lebih senang mendengar daripada berbicara, rupanya disukai oleh pasien-pasienku. Bahkan, yang seharusnya tidak memerlukan terapiku, rela antre di luar kamar praktekku. Ternyata, begitu banyak manusia yang perlu di-support atau sekadar disugesti bahwa dia tidak seperti yang dia pikirkan, atau keluarganya tidak seperti yang dia pikirkan.
Bram terbaring di pembaringan kelas VIP, wajahnya kurus dan pucat.
Aku mendekati pembaringannya. Perjalanan panjang 12 jam melewati darat, laut, dan udara kutempuh setelah berita itu tiba.
Seorang wanita tiba-tiba mengetuk pintu rumahku, di suatu pulau nun jauh di Indonesia timur. Aku memilih untuk melanjutkan hidupku di Ternate karena masih ada saudara ibu yang tinggal di sana.
Perjalanan karierku lumayan pesat di sini. Aku tidak saja praktek di beberapa RS, melainkan juga menjadi dosen terbang di beberapa universitas di Indonesia Timur.
Aku tidak lagi sekurus papan penggilasan. Tubuhku mulai berisi karena aku sungguh menikmati hidupku. Baru kurasakan, betapa indahnya tidak menjadi sebutir pasir. Kini, wajahku mulai berseri dan mataku kembali tersenyum hangat. Banyak yang memuji kecantikanku dan mengatakan aku memiliki inner beauty.
Banyak pula yang mencoba melamarku, dari pejabat daerah, teman sejawat dokter, hingga beberapa laki-laki yang mapan. Aku selalu menolaknya secara halus karena aku tidak menemukan cinta itu. Aku hanya mengenang satu tahun pertama dalam pernikahanku yang kurasakan indah, saat aku mulai merasakan benih-benih cinta. Tapi, Bram kembali menghancurkannya.
Wanita yang mengetuk pintu rumahku adalah seorang wanita cantik dan modis, namun tampak tidak berbahagia. Dia memperkenalkan diri sebagai istri terakhir Bram. Dia menikah baru empat tahun dengan Bram, setelah sebelumnya Bram tiga kali kawin dan cerai, termasuk denganku. Meski begitu, kami tidak pernah bercerai secara hukum, secara agama sudah pasti. Bram sakit dalam dua tahun terakhir ini. Dia mendeita kanker prostat. Sebulan terakhir kondisinya semakin parah. Dari sering marah-marah, sekarang hanya menangis dan mengeluh tiap hari.
"Dia sering memanggil namamu, dr Denita, dan menangis dalam tidurnya, lalu memohon maaf padamu. Aku tidak tahu di mana harus mencarimu. Bagaimanapun, dia suamiku, meskipun kadang sikapnya menyebalkan. Aku tidak mau dia menderita di akhir hidupnya. Aku jarang mengurusnya, aku lebih sering bepergian dengan teman-temanku.
Suatu saat, dia menangis dan mengatakan, bahwa dia sadar, dengan petualangan panjangnya, akhirnya hanya ada satu wanita yang pernah membuatnya jatuh bangun mencintai wanita itu, namun dia tidak menjaganya dengan baik. Tidak mengajarinya untuk mencintai....."
Aku meneteskan air mataku...
Aku teringat suratku di hari ulang tahun-nya, tahun pertama dalam pernikahan kami,,,

"Detik demi detik yang telah kita lewati
Detik demi detik yang kini kita jalani...
Detik demi detik yang akan kita hadapi...
Harapku selalu penuh warna indah, merekatkan batin penuh cinta...
Ajari aku untuk mencintaimu, kekasih..."

Kemudian, masa indah itu pun berlalu, membawa luka sehingga sempat terlontar doa, "Aku tidak akan memaafkannya, sampai dia bersujud di kakiku..."
Betapa beratnya kebencian yang kubawa, betapa beratnya beban yang harus kutanggung seumur hidupku dengan membawa dendam yang tidak selesai...
"Dia berkata, bahwa dia menikahimu bukan akibat kekasihnya selingkuh dengan temannya, tapi karena dia sungguh-sungguh mencintaimu... Tapi, bisikan dari mana yang selalu membuatmu merasakan bahwa dirimu hanya pelampiasan sesaat...," ujar wanita yang mengaku bernama Norma itu.
Dia melanjutkan, "Kamu tahu, aku mencoba mencari informasi tentang dirimu dan aku merasa mengenalmu lebih dekat. Seseorang yang kosong, menemukan cinta, namun terluka..... Betapa tragisnya hidup kalian... yang satu pergi dengan membawa luka akibat cinta..., sementara yang satunya lagi berkeliaran dari wanita satu ke wanita lain mencoba mencari cinta. Padahal, ada satu cinta yang tidak pernah dijaga dan diberi rasa... yang terlantar, "Pulanglah... dan maafkanlah dia..."

*****

DAN sekarang aku di sini.....
Menatapnya, yang lemah dan tidak berdaya, pucat, kurus...
Kemana wajah tampanmu yang dulu kau banggakan? Kemana tubuh gagahmu yang selalu membuat para wanita berlutut memohon cintamu. Kemana suara indah dan rayuan mautmu, yang membuat gadis-gadis terbang melayang....
Kita hanya manusia biasa, yang mempunyai waktu terbatas di dunia ini, yang hanya mempunyai satu kesempatan untuk menjadi manusia yang baik dan penuh cinta.....
Aku memegang tangannya lembut. "Aku sudah memaafkanmu, kekasih... Aku sudah ikhlas atas semua yang terjadi di antara kita...," bisikku di telinganya.
Dia membuka matanya perlahan, ada tetesan bening di sana...
Mata itu mengungkapkan banyak kata yang tidak terucap. Bibirnya pucat, dingin, dan beku saat kusentuh. Kami hanya saling menatap dalam diam.....
Bibirnya bergerak, berusaha mengucapkan satu kalimat....., "Maafkan aku, Denita..."

Sumber : botefilia.com


5 Tanda Wanita Tak Bahagia Dengan Pernikahannya

Banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa wanita tak lagi merasa bahagia dengan pernikahannya. Bisa jadi tanda itu terlihat lewat caranya bersikap atau bahkan, kebiasaan tidurnya.

Biasanya, apabila beberapa tanda ini terjadi ada baiknya jika pasangan menikah untuk mengevaluasi kembali kehidupan rumah tangganya. Atau mungkin, meminta bantuan ahli. Seperti yang dikutip dari ehow, berikut lima tanda jika wanita merasa tak bahagia dengan pernikahannya.

1. Sulit Tidur

Menurut penelitian di tahun 2008, Associated Professional Sleep Societies mengungkapkan bahwa 50% dari 3000 wanita mengalami kesulitan tidur ketika merasa tak bahagia dengan pernikahannya. Donna Arand, dokter spesialisasi tidur mengatakan, jika wanita sudah merasa susah tidur, ada baiknya untuk segera mengunjungi spesialis tidur atau konsultan pernikahan.

2. Hobi Baru

Jika tiba-tiba seorang wanita memiliki hobi baru dan menikmatinya sendiri saja, mungkin ada yang perlu dikhawatirkan. Memiliki kegiatan baru memang buat orang lupa waktu, tapi hal ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa wanita tak merasa bahagia. Biasanya  hobi baru ini membantu wanita untuk melupakan masalah yang ada dipikirannya.

3. Keintiman Emosional Berkurang

Saat seorang wanita merasakan keintiman emosionalnya berkurang, ia cenderung melakukan kegiatan serba sendiri. Misalnya, makan sendiri atau tidur lebih dulu. Kebiasaan ini diikuti juga dengan berkurangnya komunikasi yang terjalin. Menurut Health Guidance, wanita yang mengalami masalah keintiman akibat stres dalam pernikahan, sebaiknya segera berkonsultasi agar masalah segera teratasi.

4. Komunikasi Tak Lancar

Salah satu kunci pernikahan adalah komunikasi yang lancar dari kedua belah pihak. Jika wanita sudah mulai menahan diri untuk tak lagi mengekspresikan diri, maka rasa tidak percaya pun bisa secara otomatis timbul. Menurut Health Guidance, pasangan yang mengalami masalah komunikasi, mungkin telah merasakannya sejak awal hubungan. Namun tidak mengerti cara mengatasinya, sehingga cenderung membiarkan.

5. Menjadi Egois

Saat seseorang tak lagi mendapat kebahagiaan, ia bisa berubah menjadi pibadi yang egois. Tanpa terkecuali, wanita. Biasanya sikap egois ini biasanya seperti tak mau menginstrospeksi diri, tak lagi mendengarkan perkataan pasangan ata 'asik sendiri' dengan kegiatannya tanpa memerdulikan pasangannya.

Sumber : wolipop.detik.com

Rahasia Keharmonisan Pasangan Menikah 87 Tahun yang Cetak Rekor Dunia

Kita hidup di masa dimana kesetiaan bagaikan barang langka yang sulit ditemukan. Pernikahan mungkin dijalani namun kesetiaan dan dedikasi kepada pasangan belum tentu terjadi. Pasti ada perselingkuhan diam-diam ataupun berpoligami.

Beda halnya dengan pasangan yang satu ini. Karam, 107 tahun dan istrinya, Katari Chand, 100 tahun, membuktikan bahwa bahagia selamanya tidak hanya terjadi dalam cerita dongeng. Pasangan yang memiliki delapan anak dan 28 cucu dari pernikahannya telah menikah dan hidup bersama selama 87 tahun.

Apakah rahasianya? Karam mengakui bahwa ia pernah diberi tahu bahwa tertawa membuat umur panjang. Jadi ia selalu ingin membuat istrinya tertawa sehingga umurnya panjang dan terus menemaninya dalam hidup.

Tak hanya berbagi lelucon atau cerita lucu, mereka juga tetap melakukan rutinitas romantis yang terkesan sepele, misalnya makan malam romantis berdua. Pasangan asal Punjab, India yang kini menetap di Bradford, Inggris ini menjelaskan bahwa sangatlah penting untuk menjaga romantisme tetap hidup.

Katari mengatakan kepada situs Zossk Inggris, "Waktu aku masih muda, aku selalu buatkan dia makan malam sayuran segar. Kami vegetarian, jadi saya selalu membeli banyak sayuran segar dan memastikan ia makan makanan yang sehat."

Karam juga percaya bahwa sering menghabiskan waktu bersama adalah kunci pernikahan bahagia. Ia mengaku tidak pernah terpisah satu sama lain dalam waktu yang lama. Mereka selalu bersama-sama kemanapun dan dimanapun.

Saat ini, Guinness World Record mencatat mereka adalah pasangan dengan pernikahan terlama kedua di dunia. Ada pasangan lain yang telah menikah lima tahun lebih lama dari mereka, ungkap Dailymail.

saat ditanyakan apa yang menjadi kunci pernikahan yang langgeng, Karam kembali menjawab bahwa mendengarkan adalah jawabannya. "Di masa lalu, orang mendengarkan lebih baik. Sekarang, mereka terlalu sibuk bekerja, nonton TV dan hal-hal lain yang terjadi pada diri mereka," ujarnya.

Hubungan adalah segala sesuatunya tentang mengerti pasangan, satu sama lain, mendengarkan permasalahan dan kekhawatiran mereka. Ia menambahkan, agar tiap pasangan mendengarkan pasangannya, tunjukkan minat tentang apa yang mereka ucapkan dan bantu mereka dalam permasalahan apapun.

Sumber : wolipop.detik.com

10 Foto Bayi Sedang Tidur

Aku bisa tidur di mana saja, bahkan di dalam ember.

Walau tidur dalam sepatu, aku tetap senang, lihat senyumku..

Serba pink cerah, cocok untuk bayi perempuan.

Tidur tenang dengan hiasan bando bunga, cantik kan..

Aku bisa tidur di mana saja, bahkan di dalam ember.

Warna pastel yang cantik membuat bayi Anda terlihat tenang.

Warna cerah juga oke..

Senangnya jadi bayi, di atas tumpukan kain bisa tidur.

Kalau aku sudah besar nanti, aku ingin jadi balerina..

Warna kalem akan menonjolkan wajah bayi yang polos dan menggemaskan.

Sumber : vemale.com










Berbagai Wajah Lucu di Atas Kopi Latte

Permukaan latte bisa menjadi kanvas kecil. Anda bisa melukis atau membentuk pola tertentu di atas permukaan latte, biasanya disebut Latte Art. Perlu keterampilan khusus dan kesabaran saat membuat berbagai pola di atas latte. Dalam album foto ini, kami menampilkan 10 Latte Art yang lucu dan menggemaskan. Ayo lihat!
"Hai.." beruang ini memberi salam dan melambaikan tangan.

Yang ini bentuk wajah kucing...

Kalau lucu begini, agak sayang mengaduk latte dan meminumnya.

Aih.. lucunya beruang yang sedang tersenyum ini.

Ini adalah kelinci.. mungkin kelinci dari dunia fantai.

Penggemar Hello Kitty pasti menyukai latte art yang satu ini.

Si hitam putih panda juga tampil cute di atas latte.

Nyum miu.. kucingnya tidur dulu..

Wajah beruang ini menggemaskan bukan.

"Hai.." beruang ini memberi salam dan melambaikan tangan.

Sumber : vemale.com










Kamis, 01 November 2012

Tulisan di Atas Pasir

Di pesisir sebuah pantai, tampak dua anak sedang berlari-larian, bercanda dan bermain dengan riang gembira. Tiba-tiba terdengar pertengkaran sengit di antara mereka. Salah seorang anak yang bertubuh lebih besar memukul temannya. Anak yang dipukul seketika diam terpaku. Lalu, dengan mata berkaca-kaca dan raut muka marah menahan sakit, tanpa berbicara sepatah katapn, dia menulis dengan sebatang tongkat di atas pasir. "Hari ini temanku telah memukul aku!"

Teman yang lebih besar merasa tiak enak. Ia tersipu malu tetapi tidak pula berkata apa-apa. Setelah berdiam-diaman beberapa saat.. Ya dasar anak-anak, mereka segera kembali bermain bersama. Saat lari berkejaran, karena kurang hati-hati anak yang dipukul tadi terjerumus ke dalam sebuah lubang (perangkap hewan).

"Aduh! Tolong.... Tolong!!" ia berteriak kaget minta bantuan. Temannya segera menengok ke dalam lubang dan berseru, "Kamu terluka? Jangan takut, tunggu sebentar, ya! Aku akan segera mencari tali untuk menolongmu".

Bergegas anak itu berlari mencari tali. Saat dia kembali, dia berteriak lagi menenangkan sambil mengikatkan tali ke sebatang pohon. "Aku sudah datang! Talinya akan kuikat ke pohon, sisanya akan kulemparkan ke kamu, tangkap dan ikatkan di pinggangmu, pegang erat-erat, aku akan menarikmu keluar dari lubang."

Dengan susah payah, akhirnya teman kecil itu pun berhasil dikeluarkan dari lubang dengan selamat. Dengan mata berkaca-kaca, dia berkata, "Terima kasih, sobat!" Kemudian, dia bergegas berlari mencari sebuah batu karang dan berusaha menulis di atas batu itu, "Hari ini, temanku telah  menyelamatkan aku."

Temannya yang diam-diam mengikuti dari belakang bertanya keheranan, "Mengapa setelah aku memukulmu, kamu menulis di atas pasir dan setelah aku menyelamatkanmu, kamu menulis di atas batu?"

Anak yang dipukul itu menjawab sabar, "Setelah kamu memukul, aku menulis di atas pasir karena kemarahanku terhadap perbuatan buruk yang kamu perbuat, ingin segera aku hapus, seperti tulisan di atas pasir yang akan segera terhapus bersama tiupan angin dan sapuan ombak.

Tapi ketika kamu menyelamatkan aku, aku menulis di atas batu karena perbuatan baikmu itu pantas dikenang dan akan terpatri selamanya di dalam hatiku. Sekali lagi, terima kasih."

Pembaca yang budiman,

Hidup dengan memikul beban kebencian, kemarahan dan dendam, sungguh melelahkan. Apalagi bila orang yang kita benci itu tidak sengaja melakukan bahkan mungkin tidak pernah tahu bahwa dia telah menyakiti kita. Sungguh ketidakbahagiaan yang sia-sia.

Memang benar: bila setiap kesalahan orang kepada kita dituliskan di atas pasir (bahkan di udara) maka akan segera berlalu bersama tiupan angin, sehingga kita tidak perlu kehilangan setiap kesempatan untuk berbahagia. Sebaliknya: tidak melupakan orang yang pernah menolong kita, seperti tulisan yang terukir di batu karang. Yang tidak akan pernah hilang untuk kita kenang selamanya.

Salam sukses luar biasa!

Komik Motivasi

 Sumber : andriewongso.com

 

 
 





Bentuk Buah-Buahan Paling Unik Di Dunia

Sumber : terselubng.blogspot.com

Negara Terkecil dan Terindah Di Dunia

Ini merupakan artikel komprehensif dari berbagai sumber mengenai 17 negara yang paling kecil (dilihat dari luas area), yang disusun dari yang terkecil sampai terluas. Masing-masing negara ini mempunyai luas tidak lebih dari 200 mil persegi. Jika kita menggabungkan luas negara yang ada dalam list ini, kita cuma akan mendapatkan sebuah negara yang sedikit lebih luas dari Rhode Island. Bahkan Singapore negara tetangga kita masih lebih besar dari daftar yang ada dibawah ini (Singapore mempunyai luas 246 mil persegi)!
VATICAN CITY - 0,2 mil persegi - Merupakan negara berdaulat yang paling kecil di dunia. Vatican hanya mempunyai populasi sebanyak 770 orang, dan tdak ada yang merupakan permanent resident (warga negara tetap). Negara kecil yang dikelilingi oleh St. Peter's Basilica ini merupakan Pusat Spiritual bagi umat Katholik Roma.
MONACO - 0,7 mil persegi - Negara mungil ini terhampar sepanjang pantai mediterania Perancis. Monaco dihuni sekitar 32.000 warganya. Negara ini juga terkenal dengan Casino Monte Carlo dan Princess Grace. Negara ini telah berdiri sebagai sebuah negara merdeka sejak abad ke 13.
NAURU - 8,5 mil peregi - Sekitar 13.000 warganya sangat bergantung kepada deposit fosfat yang semakin hari semakin menyusut. Negara ini merdeka pada tahun 1968 dan sebelumnya dikenal sebagai Pleasant Island.
TUVALU - 9 mil persegi - Tuvalu terdiri dari susunan 9 karang sepanjang rantai karang yang terdapat di Polynesia. Negara ini merdeka pada tahun 1978 dan dihuni sekitar 12.000 warga.
SAN MARINO - 24 mil persegi - Terletak di gunung Titano sebelah utara Italia, San Marino mempunyai 29.000 penduduk. Negara yang mengklaim sebagai negara tertua di Eropa ini, telah berdiri sejak abad ke 4.
LIECHTENSTEIN - 62 mil persegi - Berpenduduk sekitar 34.000 jiwa, negara 'mikro' ini terletak di Sungai Rhine antara Switzerland dan Austria.
MARSHALL ISLAND - 70 mil persegi - Mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1986 setelah resmi memisahkan diri dari Pasific Island (yang termasuk dalam wilayah Amerika Serikat). Negara ini berpenduduk 58.000 jiwa.
SAINT KITTS AND NEVIS - 104 mil persegi - Negara yang terletak di kepulauan Karibia ini mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1983 dan mempunyai warga negara sebesar 39.000 jiwa.
SEYCHELLES - 107 mil persegi - 81.000 penduduk yang tinggal di negara kepulauan di Samudra Hindia ini telah merdeka dari Inggris sejak tahun 1976.
MALDIVES - 115 mil persegi - Terletak di Samudra Hindia, negara ini mendapatkan kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1965 dan dihuni oleh 340.000 jiwa.
MALTA - 122 mil persegi - Negara ini terletak di sebelah selatan pulau Sicilia Italia. Merdeka pada tahun 1964 dari Inggris dan memiliki 400.000 penduduk.
GRENADA - 133 mil persegi - Terletak dekat sekali dengan Venezuela, negara ini merdeka pada tahun 1974 dari Inggris dengan populasi penduduk berjumlah 90.000 jiwa.
SAINT VINCENT AND THE GRENADINES - 150 mil persegi - 117.000 jiwa menghuni negara yang terletak di Kepulauan Karibia ini. Negara ini mendapatkan kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1979.
BARBADOS - 166 mil persegi - Merdeka dari Inggris pada tahun 1966 dan dihuni sekitar 280.000 jiwa dan terletak di Kepulauan Karibia.
ANTIGUA AND BARBUDA - 171 mil persegi - Bangsa Karibia yang berjumlah 69.000 jiwa ini merdeka dari Inggris pada tahun 1981. Tiga pulau indah yang menjadi wilayah negara ini, menjadi andalan pemasukan negara dari sektor pariwisata.
ANDORRA - 180 mil persegi - berpenduduk sekitar 70.000 jiwa, dan merdeka dari Perancis pada tahun 1278.
PALAU - 191 mil persegi - Palau dikenal juga dengan nama Belau, sebelumnya bernama Carolines. Terdiri dari 200 gugusan pulau dengan populasi sebanyak 20.000 jiwa. Palau merdeka sejak tahun 1994.

Sumber : terselubung.blogspot.com