Senin, 22 April 2013

Sunyi tak Berbunyi

Riak-riak  kenangan rembes membasahi relung jiwa yang kian kerontang dalam sebuah kebisuan. Suara-suara  tak lagi kuat menghampiri gendang telinganya. Ataukah mungkin gendang telinganya yang tak mampu menangkap frekuensi suara yang masuk. Entalah. Sebab ia hanya memilih untuk diam dan masih menikmati kesunyian.

Mengawini  sepi adalah sebuah keputusan yang indah, baginya.  Tetapi kini  kesetiaanya terhadap sepi seakan mulai goyah. Sebab  cinta yang masih mekar itu semakin subur dan kini  bermitosis menjadi tunas-tunas baru. Tunas itu menjalar, merambat  ke seluruh ruang kosong dalam jiwanya. Bahkan  ia  terpenjara di antara tunas-tunas cinta itu.

Sadar bahwa ia masih bersama sepi, maka kembali ia  merangkai puisi. Menarik ulur segala  resah dan mengais rindu pada setumpuk kenangan. Berkhayal tentang harapan, bahwa sepi datang dalam kenyang dan mengisi lapar  pada kemesraan.  Mereka bercinta di antara riak kenangan, dengan  hati tak  berpintu. Dan desahan suaranya kecil menembusi telinga tetapi nyaring memukul dadanya. Ia hampir terkapar.

Semua khayal itu hanya dinikmatinya sendiri.  Rangkaian puisi berhenti pada satu   kata “dengan”.  Ia bingung mencari kata yang pas sehingga kalimat itu  tidak menggantung.  Juga bimbang hendak disandingkakn dengan tanda baca apa. Toh, pada akhirnya ia hanya bisa menyimpulkan bahwa kisah itu seperti sebait  puisi yang belum selesai. Menggantung  di penghujung kalimat tanpa makna apalagi cerita.

Ia sedang pasrah  pada keadaan atau belajar untuk tulus ikhlas bersama sepi, entalah. Tetapi inilah cerita itu. Ia tulus menguping gaung yang tertangkap sepi.  Menuruti nyaringnya suara hati. Tak banyak lagi yang bisa dilakukannya. Mengikuti aliran seperti sungai yang mengalir,toh akhirnya akan bermuara juga.

Ya, memang begitu. Bersama sepi adalah sebuah petualangan yang direncanakan akal, yang mungkin surut pada sesal yang terlambat.  Tetapi ia masih berharap bahwa ia diikat bukan dipenjara.

“Aku telah siap diperbudak oleh rohmu. Karena memang cinta harus diikat.”

Lalu ada bunyi yang tak tertangkap gendang telinga. Sunyi.

Sumber :  http://baltyra.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar