Riak-riak kenangan rembes membasahi relung jiwa yang kian kerontang
dalam sebuah kebisuan. Suara-suara tak lagi kuat menghampiri gendang
telinganya. Ataukah mungkin gendang telinganya yang tak mampu menangkap
frekuensi suara yang masuk. Entalah. Sebab ia hanya memilih untuk diam
dan masih menikmati kesunyian.
Mengawini sepi adalah sebuah keputusan yang indah, baginya. Tetapi
kini kesetiaanya terhadap sepi seakan mulai goyah. Sebab cinta yang
masih mekar itu semakin subur dan kini bermitosis menjadi tunas-tunas
baru. Tunas itu menjalar, merambat ke seluruh ruang kosong dalam
jiwanya. Bahkan ia terpenjara di antara tunas-tunas cinta itu.
Sadar bahwa ia masih bersama sepi, maka kembali ia merangkai puisi.
Menarik ulur segala resah dan mengais rindu pada setumpuk kenangan.
Berkhayal tentang harapan, bahwa sepi datang dalam kenyang dan mengisi
lapar pada kemesraan. Mereka bercinta di antara riak kenangan, dengan
hati tak berpintu. Dan desahan suaranya kecil menembusi telinga tetapi
nyaring memukul dadanya. Ia hampir terkapar.
Semua khayal itu hanya dinikmatinya sendiri. Rangkaian puisi
berhenti pada satu kata “dengan”. Ia bingung mencari kata yang pas
sehingga kalimat itu tidak menggantung. Juga bimbang hendak
disandingkakn dengan tanda baca apa. Toh, pada akhirnya ia hanya bisa
menyimpulkan bahwa kisah itu seperti sebait puisi yang belum selesai.
Menggantung di penghujung kalimat tanpa makna apalagi cerita.
Ia sedang pasrah pada keadaan atau belajar untuk tulus ikhlas
bersama sepi, entalah. Tetapi inilah cerita itu. Ia tulus menguping
gaung yang tertangkap sepi. Menuruti nyaringnya suara hati. Tak banyak
lagi yang bisa dilakukannya. Mengikuti aliran seperti sungai yang
mengalir,toh akhirnya akan bermuara juga.
Ya, memang begitu. Bersama sepi adalah sebuah petualangan yang
direncanakan akal, yang mungkin surut pada sesal yang terlambat. Tetapi
ia masih berharap bahwa ia diikat bukan dipenjara.
“Aku telah siap diperbudak oleh rohmu. Karena memang cinta harus diikat.”
Lalu ada bunyi yang tak tertangkap gendang telinga. Sunyi.
Sumber : http://baltyra.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar