Senin, 29 April 2013

Aku Masih Menunggu

/1/

Sebenarnya aku ingin mengajakmu ngobrol panjang malam ini. Duduk santai di beranda sambil menyeruput nikmat secangkir kopi bersama rembulan dan kunang-kunang. Harusnya hujan sore tadi telah mengantarmu bersama Kijang tua yang pernah kita beli berdua. Namun hingga pertandingan bola tengah malam datang menyapa, kau tak juga tiba. Dalam hati aku mulai bertanya perihal kenangan yang mungkin saja kembali membawa kembaramu menjauh dariku.

/2/

Saat suatu senja dulu, kita pernah berjalan di tepian laut berdua. Menyusuri pepasir putih yang dihiasi karang berserakan tanpa alas kaki. “Ini baik, sekalian buat terapi,” jawabmu asal saat aku mengeluh sakit karena terus menginjaki benda-benda sialan yang tajam itu. Hingga akhirnya telapak kakiku berdarah, kau hanya tersenyum malu. Sungguh, perjalanan senja ini tak lagi bisa kunikmati. Hanya tinggal ringis dan tangis yang lalu bergoyang sintal pada altar hatiku.

/3/

Apa istimewanya sebuah telaga untukmu? Mengapa kaupinta aku untuk berenang lalu menyelam sampai ke dasarnya? Apa karena di sana tempat segala rahasiamu bermuara? Apa memang di sana murninya cinta hadir sebagaimana rupanya? Atau mungkin memang di sana akhir dari segala teka, teki, serta terka yang selama ini selalu kita pertanyakan.
Sayang, hanya ada setitik cahaya di tempatku berdiri saat ini. Seperti wajahmu namun bukan wajahmu. Kusebut ia batari yang lalu kureguk dan kusimpan rapi pada palka hatiku.

/4/

Foto di dompetku yang pernah jadi bukti kebersamaan kita kini telah purna dilabur kusam dan usang. Ratusan kenangan yang ikut kita abadikan di dalamnya perlahan mulai gugur seperti mawar-mawar yang jatuh melayu di pekarangan depan. Lalu apa yang masih tersisa dari segala yang habis yang musnah yang hilang dan yang tersia-siakan?
Apakah ada yang masih bisa kita nikmati dari sebentuk kesunyian?

/5/

Tubuhku telah sedari tadi tuntas dipagut gigilnya angin kelam. Tapi entah kenapa untuk sejenak aku masih ingin menunggumu. Tolong bantu aku untuk mengingat bagaimana senyum mentarimu telah menghangatkan dinginnya hatiku.
Di ujung mega, malam sepertinya tak ingin lagi hidup berdampingan dengan pagi. Aku masih menunggu dan tanpa terasa airmata mengalir di pipi.

Minggu, 28 April 2013

Demi Pekerjaan Ini, Aku Lepas Jilbabku

Bunga, sebut saja begitu. Dia adalah seorang muslimah yang  telah memakai jilbab dengan rapi. Dia juga sangat aktif di pengajian. Hari- harinya di isi dengan tilawah dan mengkaji ayat- ayat Allah. Karena itulah dia banyak menemukan ketenangan dalam hati.

Dan umur Bunga pun terus bertambah. Karena alasan tuntutan ekonomi, dia akhirnya harus bekerja di luar rumah. Namun, pemilik tempatnya bekerja melarang para pekerjanya menggunakan kerudung, apalagi berjilbab. Bahkan bagi mereka yang ingin tetap mengenakannya, harus dengan legowo mengundurkan diri.

Ujian iman itu akhirnya membuat Bunga memilih, entah pikiran apa yang ada dibenaknya, Bunga akhirnya menanggalkan kerudung dan jilbabnya. iming- iming gaji dan kemudahan bekerja, serta ingatannya tentang kesusahan ayah dan ibunya dirumah, membuatnya berbuat nekat. Semua dia lakukan dengan harapan bisa bekerja ditempat tersebut. Pertentangan hati memang kadang dirasakannya. Namun rasa itu dibuangnya jauh- jauh. Dalih ekonomi tetap menjadi alasan utamanya bekerja disana. Bahkan sampai saat ini. "Jika suatu hari, Allah menghendaki saya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, saya ingin memakai kembali hijab saya" katanya.

Saudariku, Bunga tidak sendiri. Diluar sana, masih banyak Bunga- Bunga yang lain, yang mungkin memilih atau terpaksa memilih pilihan yang sama. Mereka menanggalkan jilbab yang merupakan identitas serta kehormatan mereka, demi tuntutan pekerjaan mereka. Tapi, berhentilah menyalahkan dan hanya sekedar berkomentar tentang tipisnya iman, dan terbatasnya ilmu yang mereka miliki. Sungguh, sebuah tindakan berarti, apapun itu akan lebih berarti untuk menyelamatkan mereka.

Sudahkah kita mengaku pada diri sendiri, bahwa terkadang kitapun jarang berbagi dan ringan tangan membantu sesama saudara kita, sehingga kehidupan seperti itulah yang akhirnya mereka pilih. Dan apakah berarti kesulitan mereka akan hanya menjadi milik mereka? sungguh nanti dihadapan Allah, kita pun akan ditanya tentang pembiaran itu.

Dan bagi siapapun kalian saudariku para muslimah, yang sudah atau ingin memilih jalan seperti yang bunga pilih, semoga kita tidak lupa bahwa Allah pun sudah berjanji bahwa dunia ini ditundukkan untuk orang- orang beriman. Jika kita beriman dan taat pada aturan Allah, maka pasti Allah memberikan jalan. Jadi masalahnya bukan terletak pada jalan keluar yang belum Allah berikan, tapi keyakinan kita pada jalan yang Allah berikan itu, tapi tentunya tetap dibarengi dengan usaha yang maksimal.

Hidup memang pilihan. Setiap hari manusia di suguhi dengan berbagai pilihan- pilihan dalam hidupnya. mungkin kita pernah melihat saudari kita yang seperti bunga, atau mungkin sekarang kita tengah pada posisi seperti Bunga. Maka cukuplah kejadian yang di alami bunga memberi pelajaran bagi kita semua. Yakinlah, dunia ini tidak sesempit pikiran kita. Masih banyak peluang disekitar kita untuk mendapatkan rejeki. Belajar dari para shohabiyah, merekapun pernah dalam keadaan kekurangan, namun mereka tidak pernah terlepas iman. Dan hasilnya Allah memuliakan mereka, di dunia dan di akherat.

Saudariku mungkin ada dari kita yang pesimis tentang minimnya ilmu dan kemampuan kita untuk mendapatkan nafkah yang lebih, tapi jangan sampai kita pernah meragukan usaha kita sendiri, apalagi rejeki yang sudah dijamin Allah jika kita berusaha. Yakinlah, bahwa Allah terlalu maha penyayang untuk menyia-nyiakan kepercayaan kita. Allah hanya ingin menguji keimanan kita, sejauh mana kita tetap pada iman kita, walau dalam keadaan sesulit apapun. Lalu apakah kita bisa berhasil dengannya? semua tergantung usaha dan pendirian kita sendiri.

Sumber :  http://www.voa-islam.com

Senin, 22 April 2013

Sunyi tak Berbunyi

Riak-riak  kenangan rembes membasahi relung jiwa yang kian kerontang dalam sebuah kebisuan. Suara-suara  tak lagi kuat menghampiri gendang telinganya. Ataukah mungkin gendang telinganya yang tak mampu menangkap frekuensi suara yang masuk. Entalah. Sebab ia hanya memilih untuk diam dan masih menikmati kesunyian.

Mengawini  sepi adalah sebuah keputusan yang indah, baginya.  Tetapi kini  kesetiaanya terhadap sepi seakan mulai goyah. Sebab  cinta yang masih mekar itu semakin subur dan kini  bermitosis menjadi tunas-tunas baru. Tunas itu menjalar, merambat  ke seluruh ruang kosong dalam jiwanya. Bahkan  ia  terpenjara di antara tunas-tunas cinta itu.

Sadar bahwa ia masih bersama sepi, maka kembali ia  merangkai puisi. Menarik ulur segala  resah dan mengais rindu pada setumpuk kenangan. Berkhayal tentang harapan, bahwa sepi datang dalam kenyang dan mengisi lapar  pada kemesraan.  Mereka bercinta di antara riak kenangan, dengan  hati tak  berpintu. Dan desahan suaranya kecil menembusi telinga tetapi nyaring memukul dadanya. Ia hampir terkapar.

Semua khayal itu hanya dinikmatinya sendiri.  Rangkaian puisi berhenti pada satu   kata “dengan”.  Ia bingung mencari kata yang pas sehingga kalimat itu  tidak menggantung.  Juga bimbang hendak disandingkakn dengan tanda baca apa. Toh, pada akhirnya ia hanya bisa menyimpulkan bahwa kisah itu seperti sebait  puisi yang belum selesai. Menggantung  di penghujung kalimat tanpa makna apalagi cerita.

Ia sedang pasrah  pada keadaan atau belajar untuk tulus ikhlas bersama sepi, entalah. Tetapi inilah cerita itu. Ia tulus menguping gaung yang tertangkap sepi.  Menuruti nyaringnya suara hati. Tak banyak lagi yang bisa dilakukannya. Mengikuti aliran seperti sungai yang mengalir,toh akhirnya akan bermuara juga.

Ya, memang begitu. Bersama sepi adalah sebuah petualangan yang direncanakan akal, yang mungkin surut pada sesal yang terlambat.  Tetapi ia masih berharap bahwa ia diikat bukan dipenjara.

“Aku telah siap diperbudak oleh rohmu. Karena memang cinta harus diikat.”

Lalu ada bunyi yang tak tertangkap gendang telinga. Sunyi.

Sumber :  http://baltyra.com

Wanita yang Tahu Kadarnya

Terlepas dari bagaimana masyarakat memperlakukan wanita, Allah justru merahmati wanita yang tahu kadarnya karena ia berbeda dengan pria.

Bagaimana masyarakat memandang wanita di masa kini dan apa peranan wanita dewasa ini? Tentunya hal tersebut telah menjadi bahan perbincangan masyarakat selama ini. Sebenarnya masalah ini pun telah ada sejak zaman sebelum Rasulullah ada. Namun, jawaban setiap zamannya tentunya berbeda. Di zaman sebelum Rasulullah, wanita tidak dianggap dan direndahkan. Hal ini justru berbeda ketika zaman Rasulullah dimana wanita begitu dihargai dan diagungkan.

Terlepas dari bagaimana masyarakat memperlakukan wanita, Allah justru merahmati wanita yang tahu kadarnya karena ia berbeda dengan pria. Apapun perannya dan aktifitasnya, ia tahu bagaimana harus bersikap serta berbuat. Bagaimana ia harus menjaga izzah dan ifahnya serta pergaulannya dengan laki-laki. Misalnya dalam bekerja, ada etika dan batasan yang dijaga terutama terkait pergaulan dengan laki-laki namun, tetap mempertahankan profesionalitas kerja.

Wanita tetap menunjukan kecerdasan, kemandirian, keterampilan, professional, namun tidak melebur seperti laki-laki. Ia tetap mejaga fikrah dan sikap pemalunya. Seperti putri Syu’aib yang harus bekerja menari nafkah karena ayahnya sudah tua. Ia harus menggembala kambing bersama penggembala lain yang laki-laki, namun ia tetap menjaga diri agar tidak bercampur baur dengan mereka.

Ada banyak kisah sahabat wanita para nabi ataupun kisah wanita-wanita shalihah di zamannya. Contoh kisah lain adalah Siti Hajar, ibu dari nabi Ismail yang bekerja keras mengelola sawahnya dan bercocok tanam  untuk menghidupi keluarganya. Kisah lainnya yaitu Maryam yang suka menyepi dan beribadah pada Allah hingga ia dijuluki al-batuur (terikat pada ibadah) karena ketaatannya beribadah pada Allah. Hal ini membuat ia mendapat keberkahan dan lidungan dari Allah.

Selain itu, peran wanita yang ahli politik adalah Ratu Balqis. Ia memiliki kemampuan yang baik dalam mengorganisir pikiran dan ide para bawahannya. Ia berkarakter visioner, solutif, dan artikulatif seperti dijelaskan dalam QS An Naml: 29-44. Dengan posisinya sebagai ratu, ia harus bisa memilah mana yang penting, mana yang menjadi prioritas dikerjakan sekarang atau besok, bekerja dengan keras, penuh daya dan upaya.

Ia tawadhu dan menjaga rasa malunya, namun tidak minder. Wanita yang tahu kadarnya akan tetap produktif dengan tetap menjaga dirinya sebagai wanita. Ia pun memahami peran utamanya sebagai seorang  istri maupun ibu dan melaksanakan peran tersebut dengan baik. Wanita yang tahu kadarnya akan menyadari perannya dan memahami sikap serta tingkah lakunya dengan posisi ia sebagai seorang wanita.

Sumber :  http://www.fimadani.com

Jumat, 19 April 2013

Senja Tenggelam di Pantai Melur

sumber: http://grayrose.wordpress.com

Angin utara berembus sepoi meriakkan debur ombak dipantai melur. Air laut mulai surut . Siluet senja masih menebar sinar kemerahan menambah hawa apik pesona sore itu. Duduk seorang gadis ayu disebatang akar pohon ketapang yang mencuat kepermukaan tanah. Wajahnya sayu. Terlihat memendam kelelahan batin. Memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong. Para pengunjung sudah pulang semua. Hanya para penjual di warung – warung kecil saja yang masih sibuk berkemas untuk pulang kerumah mereka masing – masing. Hari sudah menjelang malam.

“ Kak Lin,sudah malam lekas pulang ”

“ Pulanglah dulu ”

“ Tapi nanti ibu khawatir ”

“ Ulin bisa pulang sendiri ”

“ Ayolah, sebentar lagi motornya mau dipakai sama ayah ”

“ Aku bisa jalan kaki ”

“ Iya, tapi lumayan jauh. Ibu tambah cemas ”

Wajah gadis itu menoleh kearah laki-laki yang berdiri di sampingnya. Ades, adik angkatnya tetap tak berubah sifatnya. Ia selalu saja menuruti apa saja yang diperintahkan oleh ibunya. Ia anak yang patuh. Sore itu Ades disuruh menjemput Ulin yang dari tadi pagi dipantai terus.

“Masuk angin nanti”

“ Ya. Sebentar lagi. Tinggalah aku sendiri. Aku akan baik-baik saja ”kata Ulin meyakinkan adiknya.

Dari sorot matanya Ades jadi mengerti.

“ Cepatlah pulang sebelum maghrib ” katanya sambil beranjak pergi meninggalkan Ulin sendiri.

Ulin tersenyum lalu mengganggukkan kepalanya. Ulin memandangi adik angkatnya sampai menghilang dibalik rerimbunan pohon beringin dan ketapang lalu menatap laut lagi. Ingatanya terusik kembali kemasa lalu.

****

“ Dingin? ” Ulin menoleh laki-laki yang barusan duduk disampingnya. Lalu menggeleng. Namun ia merapatkan kakinya lalu memeluk badanya dengan kedua tangannya.

“ Pake ini ”lalu cowok itu melepaskan jaketnya dan memakaikannya dipunggung gadis itu. Ulin hanya diam.

“ Terima kasih ” hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya.

“ Kok, baru nampak ya, dari tadi aku tidak melihat kamu ikut bus rombongan kami ” kata lelaki itu lagi. Ulin tetap diam, masih malas bicara.

“ Maaf kalau aku mengganggu. Aku akan pergi ” katanya lagi. Ulin hendak mau bilang tidak tapi cowok itu sudah terlanjur pergi menyusul teman - temanya yang lain yang berkerumun didekat api unggun. Cowok itu merasa tidak enak karena telah mengusik gadis itu dan lebih baik bernyanyi bareng teman - teman yang lain. Pikirnya.

Sebenarnya cowok itu hatinya baik. Ia hanya berpenampilan apa adanya. Badanya yang enerjik dibalut kaos oblong hitam dan jelana jeans biru dongker ketat bersepatu sport warna putih. Rambutnya yang ikal gondrong sebahu. Dengan sedikit janggut tipis menambah kesan cool itu. Walaupun kulitnya hitam. Jauh dari kesan preman dijalanan.

***
 
Minggu sore,dormitory Ulin.
 
Ulin duduk bersebelahan dengan Mas Banu. Pandangannya lurus kedepan.

“ Siapa yang memberikan alamatku padamu? ”Tanya ulin dengan sikap yang dingin.

“ Siapa lagi kalau bukan temanmu, Rani. Ada apa? Katanya ada yang penting, makanya aku datang kesini ” jawab Banu. Matanya menatap tajam mata gadis yang ada disebelahnya sehingga membuat Ulin sedikit gelagapan karena tak pernah berani menatap wajah lawan bicaranya. Ia hanya menunduk saja. Wajah yang dingin sama seperti yang dulu. Tak pernah berubah. Pikir Banu.

“ Eh…saya hanya ingin mengucapkan terima kasih ” jawabnya ngelantur.

“ Untuk apa ”

“ Mas dulu pernah membuatku hangat ”

Banu mengerutkan dahi. “ Aku tak mengerti”

“ Kau melepaskan jaketmu dan memakaikannya untuku ”

“ Oh…itu…”

“ Aku akan mengembalikanya padamu, maaf lama karena aku tak tahu siapa namamu dan juga alamatmu ” potong Ulin.

“ Kau tak perlu melakukan itu. Aku sudah senang bisa membantumu. Semua jaket ataupun barang - barangku yang lain jika sudah kuberikan sama orang lain maka tak perlu dikembalikan lagi. Aku tak suka menerimanya. Aku sudah ikhlas memberikanya pada siapapun termasuk padamu ” kata Banu panjang lebar.

“ Kalau begitu aku juga tak pernah bisa menerima pemberian dari orang lain, pasti akan aku kembalikan apapun itu. Itu prinsipku ” kata Ulin yang tak kalah tegasnya dengan Banu.

“ Jadi kalau tak mau menerimanya maka akan aku buang saja ” kata Ulin lagi.

“ Terserah kau saja ” kata Banu. Wajahnya sedikit kecewa . Ternyata gadis disampingnya benar — benar gadis yang dingin dan keras kepala.

Lama keduanya terdiam. Sibuk dengan pikiranya masing-masing.

“ Sudahlah…ayo minum tehnya selagi masih hangat ” hanya itu yang bisa keluar dari mulut Ulin. Ia lalu mengambilkan cangkir berisi teh dan menyodorkanya pada Banu.

“ Terima kasih ”

Ulin hanya mengangguk.

” Oh ya sekarang ada film menarik lho? Film horor. Kau suka? ”

“ Boleh ”

Lalu keduanya pergi menonton film dibioskop. Sampai disana keduanya tak jadi menonton film horor tapi menonton film komedi. Keduanya sama-sama senang seolah lupa pada persoalan pribadi masing - masing. Yang kini hadir dibenak mereka adalah rasa senang dan damai. Berdua bersama menikmati kehangatan malam.

***

5 bulan kemudian…

“ Ada apa? Kau menyuruhku datang ”

“ Kau tak senang ”

“ Bukan begitu ”

“ Aku heran saja ”

“ Sebenarnya aku berat mau ngomong ini, tapi kau mungkin perlu tahu biar aku tak dikira sombong. Minggu depan aku akan pulang kampung. Masa kerjaku disini sudah habis. Tak ada lagi yang bisa aku kerjakan disini. Aku ingin mencoba mencari pekerjaan dikampung. Aku juga ingin mencoba mengasuh kedua adiku sendiri. Kasihan neneku yang sudah tua. Neneku sudah terlalu tua untuk mengasuh kedua adiku. Sudah sepatutnya neneku menikmati masa tuanya dengan senang bukanya malah membebani. Ulin terdiam. Matanya memandang Banu sekilas lalu ditundukanya lagi wajahnya.

Kenapa tak ada reaksi apa-apa darinya. Berarti benar bahwa Banu tak ada perasaan apa – apa terhadap dirinya. Kupikir ia menyimpanya dalam – dalam sehingga tak ada seorang pun yang tahu perasaanya. Tapi aku sungguh merasa tenang bila ada didekatnya. Aku pasti akan selalu merindukanya.

Ulin menghela nafas panjang.

“ Mas Banu denger gak? ” tangan Ulin menepuk pundak Banu hingga membuatnya kaget.

“Eh… iya denger ” jawab Banu pura – pura tahu. Ia tidak ingin mengecewakan Ulin lagi.

“ Nanti bisa kuantar. Jam berapa berangkatnya? ”

“ Soal jam nanti akan kuberi tahu menyusul “

“ Kau senang jika aku pergi? “ Tanya ulin lagi.

“ Mau bagaimana lagi. Jika itu membuatmu senang maka tak ada yang melarangnya. Lagi pula kamu sudah dewasa dan kupikir itu sudah dipikirkan olehmu masak – masak “ Kau benar. Tapi sebenarnya berat juga sih.

“Aku yakin bisa menjalaninya ini semua “
Aku akan sangat merindukanmu. Batin ulin bergejolak tapi tak mampu berkata. Tercekat ditenggorokan. Mas Banu juga terlihat tegar. Keduanya kikuk salah tingkah. Hanya tatatapanya yang berkata bahwa aku juga akan merindukanmu.

***

3 tahun kemudian…
 
Udara malam ini sungguh gerah. Hiruk pikuknya masih terdengar hingga larut malam. Tempat kost Ulin terasa begitu sumpek baginya. Ia tak bisa memejamkan mata sebarang sedetikpun. Tadi siang Mas Bram bilang mau melamarnya besok. Dan ia sendiri masih bingung. Cintakah ia padanya?. Tapi Mas Bram begitu baik padanya. Dan ia tak kuasa menolak kebaikanya selama ini.  Toh cinta itu mungkin akan tumbuh dikemudian hari. Dulu ia selalu punya alasan menolaknya. Tapi kini kedua adiknya sudah lulus SMA dan keduanya sudah bekerja semua. Bahkan salah satu adik bungsunya kuliah sambil kerja. Tak ada lagi yang harus ditanggungya. Ia bebas memilih jalan hidupnya. Tapi bagaimana dengan Banu yang ada di Batam. Ia amat mecintainya. Tapi ia sendiri tidak tahu bagaimana perasaan Banu terhadapnya. Ia berharap Banu tahu akan hal itu. Ulin sudah lama menunggunya tapi tak pernah jua perasaan itu diutarakan padanya. Hingga Ulin berkeputusan melupakanya. Tapi tetap saja tidak bisa. Rasa itu semakin mendera hatinya. Banu tak pernah sedikitpun memberi kabar padanya. Mungkin dia memang sudah melupakanya. Ulin duduk didepan cermin dan mengamati dirinya. Aku sudah lelah hidup sendiri. Aku butuh pendamping hidupku tuk mengarungi samudra kehidupan yang tak bertepi. Bisiknya dalam hati.
 
Ulin bangun agak kesiangan. Ia bergegas mandi dan berdandan serapi mungkin. Hari ini adalah proses lamaran Bram dan Ulin. Calon mertuanya di Surabaya akan datang ke Jakarta. Juga kedua adik kakak Bram yang ada di Batam. Ulin segera menelpon kedua adiknya yang juga kerja Bekasi agar datang ke tempat saudaranya dimana proses lamaran  akan diselenggarakan ditempat itu.

“ Assalaamu’alaikum “

“ Wa’laaikumsalam “ serempak kelurga besar Ulin  menyambutnya dengan ramah.

Suasana lamaran dua keluarga besar tampak riuh dan ramai.  Ulin tampak gugup sehingga lupa melihat sekelilingnya. Ada mata yang tajam menatap dirinya.  Disudut ruangan duduk seorang pemuda dengan wajah yang pucat dan terkejut melihat keadaan itu. Lalu ia beranjak pergi kedapur belakang. Ia tak ingin berkenalan dengan calon kakak iparnya.
 
Mata Ulin tak berkedip melihat siapa yang datang dari balik pintu dapur. Ia sama tampak terkejutnya dengan Banu. Tak bisa dipercaya. Hatinya senang tapi juga sedih dan kecewa melihat keadaan sekarang yang sudah berubah. Degub jantungnya berpacu kencang ketika Banu berjalan mendekati dirinya. Mata keduanya saling bersitatap. Tapi cepat – cepat dikuasainya. Mereka berdua tak ingin ada yang tahu .

“De Ulin ini Banu adik saya yang bekerja di Batam “ kata Bram memperkenalkan adiknya pada Ulin. Banu mengulurkan tangan tapi Ulin hanya membalasnya dengan menangkupkan kedua tanganya. Banu memahami itu. Banu dan kakaknya Bram memang berbeda. Bram amat sholeh dan ia adalah seorang aktifis masjid. Sedang Banu lebih memilih jalanya sendiri yang nyantai tapi tetap memperhatikan mana yang baik dan mana yang buruk baginya. Ia lebih suka berpenampilan apa adanya. Tak ada kata sapa yang keluar dari mulut keduanya. Mereka hanya berbicara melalui tatapan matanya. Banu tak banyak berubah. Masih seperti yang dulu ketika Ulin mengenalnya. Rambutnya masih gondrong sebahu dan gayanya juga cool dan cuek.

***

Berita malam.
 
Sore tadi baru saja terjadi kecelakaan pesawat garuda boeng 737 nomor penerbangan 00526 dengan rute Jakarta – Batam dikabarkan gagal mendarat. Akibatnya pesawat jatuh tergelincir dan menyebabkan badan pesawat terbakar. Saat ini masih berlangsung evakuasi terhadap korban. Namun sejauh pemantauan kami belum ada korban yang diketemukan selamat.

Bagai disambar petir, semua kelurga Bram tak beranjak dari berita televisi itu. Semua cemas menunggu kabar. Ulin memegang erat tangan suaminya yang juga sama terkejutnya. Kepalanya pusing dan ia tak kuasa menahan lelehan air matanya.

***
 
Tit..tit. Sebuah pesan sms masuk mengagetkan lamunan Ulin. Sms dari Bram suaminya. “ De, cepat pulang. Malam ini kita berkemas untuk kembali ke Jakarta besok pagi “. Ulin beranjak pergi. Semilir angin laut memainkan jilbabnya. Sayup - sayup terdengar suara adzan maghrib. Tak disangka, Ades adik angkatnya ternyata sudah menunggu didepan parkiran motor kawasan pantai melur.

“ Ayah tak jadi pergi. Saya disuruh menjemput mba. Katanya Mas Bram menelpon ibu tadi sore “ kata Ades.

“ Ya. Mba tahu. Ayo pulang “ajak Ulin. Sesekali mata Ulin memandang laut untuk terakhir kalinya. Ia mengubur semua kenangan itu bersamaan dengan senja yang mulai tenggelam.

“Aku masih mencintaimu, Mas Banu ” teriak batin ulin pada senja sore itu.

Sumber :  http://fiksi.kompasiana.com

10 Manfaat Seks Paling Populer

Di antara Anda, mungkin masih banyak yang memandang aktivitas seks hanya sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan semata.  Padahal di luar itu, seks ternyata memiliki beragam manfaat yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan, baik dari segi fisik maupun psikologis.

Menurut para ahli, setidaknya ada 10 keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas seks yang teratur dan benar.  Seluruh manfaat ini bukanlah sekedar anekdot belaka, tetapi merupakan hasil riset yang didukung bukti ilmiah.

1.  Redakan stres
Peneliti dari Skotlandia dalam riset yang dipublikasikan jurnal Biological Psychology menyimpulkan, salah satu manfaat utama seks bagi kesehatan adalah menurunkan tekanan darah dan meredakan stres secara umum.  Kesimpulan ini merupakan hasil pemantauan 22 pria dan 24 wanita yang dikondisikan dalam situasi stres. Aktivitas seksual mereka dicatat dan hasilnya menunjukkan, mereka yang melakukan hubungan intim dapat mengatasi stres lebih baik ketimbang yang tidak berhubungan seksual.  Dalam riset lain yang dipublikasikan jurnal yang sama menyebutkan bahwa aktivitas seks rutin berkaitan dengan tekanan diastolik yang rendah.    

2. Tingkatkan daya tahan tubuh
Kehidupan seks yang baik dapat mengindikasikan kesehatan fisik yang baik pula.  Melakukan seks sekali atau dua kali dalam seminggu akan meningkatkan antibodi yang disebut Immunoglobulin A atau IgA, yang mampu melindungi anda dari flu ataupun infeksi.

3.  Membakar kalori
Meurut penelitian, aktivitas seks selama 13 menit bisa membakar sekitar 85 kalori lebih. Sepertinya jumlah ini tidak banyak. Namun  dihitung-hitung,  jika Anda melakukannya minimal 42 kali dalam setahun (sebulan tiga kali) berarti telah membakar 3,570 kalori, lebih dari cukup untuk menurunkan  0,5 kg berat badan. Jika Anda berhubungan seks rata-rata satu jam, satu kilo berat badan mungkin bisa diturunkan dengan 21 kali seks.

¨Seks adalah model terhebat dari olahraga,¨ komentar Patti Britton, PhD, seksolog dan Presiden American Society of Sexuality Educators and Therapist. 

4.  Sehatkan jantung dan pembuluh darah
Meskipun ada mitos yang mengkhawatirkan bahwa tenaga yang dikeluarkan saat seks dapat memicu stroke, namun para peneliti Inggris menyatakn anggapan itu tidaklah benar.

Dalam riset yang dipublikasikan Journal Epidemiologycal and Community Health, para ahli mengungkapkan bahwa seks rutin tidak ada kaitannya dengan stroke pada 914 partisipan yang dipantau selama 20 tahun. 

Manfaat seks bagi jantung pun tidak berhenti di situ. Peneliti juga mengungkapkan bahwa ngeseks sekali atau dua kali seminggu dapat menurunkan risiko serangan jantung fatal hingga 50 persen pada pria, dibanding mereka yang melakukan seks kurang dari sekali dalam sebulan.

5. Tingkatkan kepercayan diri
Meningkatkan kepercayaan diri adalah salah satu dari 237 alasan orang melakukan seks.  penelitian ini dilakukan oleh ahli dari Universitas Texas dan dipublikasikan dalam Archives of Sexual Behavior.

6. Memperbaiki keintiman
Melakukan seks dan orgasme akan meningkatkan hormon oksitosin atau juga disebut hormon cinta.  Hormon ini dapat membantu pasangan  membangun dan memperkuat ikatan dan kepercayaan satu sama lain.

Peneliti dari Universitas Pittsburgh dan Universitas North Carolina mengevaluasi respon 59 wanita premenopause.  Partisipan dihitung kadar hormonnya  sebelum dan setelah berhubungan dengan suami mereka yang diakhiri dengan berpelukan.  Riset menunjukkan, semakin sering terjadinya sentuhan, makin tinggi kadar oksitosin.

¨Kadar oksitosin membuat kita merasa ingin mengasihi dan mengikat,¨ kata peneliti.
      
7. Mengurangi rasa sakit
Ketika hormon oksitosin dalam tubuh meningkat, endorphin juga akan naik dan rasa sakit akan berkurang.  Oleh sebab itu, jika rasa sakit kepala, artritis atau gejala sidrom premenstrual Anda bisa mereda setelah berhubungan seks, itu lebih karena efek hormon oksitosin.

8. Tekan risiko kanker prostat
Peneliti Australia pernah mengungkapkan bahwa ejakulasi secara teratur akan menurunkan risiko kanker prostat di masa lansia.  Riset ini dipublikasikan dalam British Journal of Urology International.

9.  Memperkuat otot dasar panggul

Bagi para wanita, melakukan latihan otot dasar panggul saat berhubungan intim dikenal dengan istilah gerakan Kegel.  Gerakan ini akan memberi kenikmatan bagi kedua pasangan, selain juga memperkuat bagian otot dan menekan risiko inkontinensi di masa lansia.         

10.  Memperbaiki kualitas tidur

Menurut penelitian, oksitosin yang dilepaskan selama orgasme juga dapat merangsang kantuk.  Dengan tidur yang cukup, kesehatan pun akan lebih baik karena tensi darah dan berat badan tetap terplihara.

Sumber :  http://health.kompas.com

Kamis, 18 April 2013

Jangan Rahasiakan 5 Hal Ini dari Pasangan!


Meski sudah menikah, tidak semua hal harus Anda beritahukan pada pasangan. Misalnya saja, ketika suami memberi hadiah baju. Walaupun baju tersebut kurang Anda sukai, jangan pernah mengatakan hal tersebut padanya. Simpan saja sendiri di hati dan biarkan suami tahu kalau Anda senang dengan hadiahnya. Topik sensitif soal seks dan uang, ada beberapa yang sebaiknya dirahasiakan.

Namun tidak semua hal harus Anda simpan sendiri. Lima hal ini, sebaiknya jangan pernah Anda rahasiakan dari suami:

1. Punya Masalah Keuangan
Suatu hari Anda memutuskan meminjam uang dari bank yang menawarkan Kredit Tanpa Agunan (KTA). Uang tersebut akan Anda gunakan untuk memulai bisnis baru. Namun ternyata bisnis tidak berjalan dengan lancar dan utang pun semakin banyak.

Merahasiakan masalah utang tersebut dari suami, bukan hal yang tepat. Memang saat Anda memberitahukannya, suami akan marah. Namun kemarahan itu akan berubah dan dia pasti siap membantu Anda melunasi utang tersebut.

"Masalah keuangan itu bukan hanya soal uang, tapi soal kepercayaan," ujar ahli keuangan Dayana Yochim yang juga pengarang buku 'The Motley Fool's Guide to Couples & Cash', seperti dilansir She Knows.

Ditambahkannya, salah satu alasan yang membuat pasangan tidak percaya karena Anda tidak pernah mau terbuka. Jadi sebaiknya komunikasikanlah masalah-masalah Anda dengan pasangan.

2. Merasa Hubungan Pernikahan Bermasalah

Setelah lima tahun menikah, Anda tiba-tiba merasa gelisah? Anda masih mencintai suami, namun karena hidup sebagai ibu rumah tangga hidup Anda menjadi membosankan? Anda pun mulai mencoba-coba mencari tantangan baru, misalnya berkenalan dengan pria lain.

Jika hal di atas terjadi, segeralah beritahu pasangan agar jangan sampai terlalu jauh. Perselingkuhan bisa berakibat fatal pada pernikahan Anda.

"Kuncinya adalah komunikasikan masalah kebosanan tersebut sebelum merusak pernikahan. Kalau Anda merasa ada suatu masalah di pernikahan atau pernikahan Anda dalam bahaya, bicarakan dengan segera, betapapun hal itu akan menyakitkan," jelas therapist pernikahan dan keluarga, Jennine Estes.

3. Tak Bahagia di Ranjang

Tidak sedikit wanita yang memalsukan orgasme saat bercinta dengan pasangan. Para wanita ini memilih merahasiakannya dari pasangan mereka saat memalsukan orgasme itu. Mereka merasa memberitahu pasangan kalau mereka tidak bisa orgasme akan menyakitinya.

Konsultan pernikahan Karen Gail Lewis yang juga penulis buku 'Why Don't You Understand?' menyarankan Anda stop memalsukan orgasme. "Tidak peduli pada kepuasaan seks diri sendiri bisa menyebabkan kehancuran dalam pernikahan," ujarnya.

Dengan memberitahukan pada pasangan, si dia bisa tahu apa yang membuat Anda tak bisa mencapai orgasme. Anda dan si dia juga bisa bersama-sama mempelajari tehnik-tehnik bercinta baru yang mungkin saja membuat anda puas.

4. Ada Masalah Kesehatan

Tubuh Anda memang miliki Anda sendiri. Namun ketika sudah menikah, kesehatan Anda mempengaruhi kehidupan suami dan anak juga. Keluarga kecil Anda tersebut berhak mengetahui apa yang terjadi pada tubuh Anda. Ketika Anda sakit, mereka bisa membantu dan ikut merawat.

5. Punya Trauma Masa Lalu

Biasanya seseorang menyembunyikan trauma masa lalunya karena takut. Mereka khawatir trauma masa lalu itu bisa mempengaruhi sikap pasangan.

"Namun merahasiakan informasi ini bisa membuat stres dan menghasilkan jarak antara Anda dan pasangan. Semenakutkan apapun trauma masa lalu itu, terbukalah," jelas Estes.

Sumber : http://wolipop.detik.com

Obat Flu Bisa Menyebabkan Disfungsi Ereksi, Mitos atau Fakta?

                               Dok. Thinkstock

Saat terserang flu, sebaiknya jangan buru-buru minum obat. Masih banyak cara alami yang bisa dilakukan sebagai alternatif untuk menyembuhkan flu selain obat, karena menurut sejumlah penelitian, obat flu bisa menyebabkan disfungsi ereksi.

Konsultan seks wolipop dr. Vanda Mustika menjelaskan, salah satu komponen dari obat flu adalah antihistamin. Menurut berbagai literatur, antihistamin dapat mengakibatkan gangguan pada libido serta disfungsi ereksi.

Namun jangan khawatir, karena kondisi ini umumnya bersifat sementara. Ereksi akan kembali normal dengan sendirinya setelah efek dari obat-obatan tersebut hilang apabila penggunaannya dihentikan. Namun perlu diperhatikan juga kebugaran tubuh sang suami pasca sembuh dari flu.

Disfungsi ereksi dan penurunan libido juga bisa terjadi apabila tubuh kurang fit. Perlu diketahui, aktivitas seksual yang aktif juga membutuhkan energi cukup besar. Pria yang belum pulih kebugarannya, selain bisa mengalami kesulitan ereksi penuh juga akan sulit melakukan penetrasi aktif selama bercinta.

Setelah tubuh sehat kembali, dengan sendirinya performa seks suami akan kembali prima. Oleh karena itu tidak perlu memaksakan untuk berhubungan seks ketika suami masih dalam masa pemulihan setelah sembuh dari flu. Agar bugar secara maksimal, ia membutuhkan istirahat dan asupan nutrisi yang cukup.

Lalu bagaimana menyembuhkan influenza tanpa konsumsi obat-obatan mengandung antihistamin? dr. Vanda menjelaskan, flu sebenarnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bisa sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. Obat-obatan yang diberikan biasanya hanya untuk mengurangi gejala agar tidak terlalu mengganggu penderitanya. Namun bukan untuk menyembuhkan virus.

Cara yang bisa dilakukan agar flu cepat sembuh secara alami adalah dengan menjaga daya tahan tubuh tetap kuat. Konsumsilah makanan yang mengandung vitamin tinggi, misalnya buah-buahan seperti jeruk, apel, pepaya, pear, anggur, dan sebagainya. Perbanyak minum air putih untuk mengeluarkan toksin dari tubuh. Terakhir, suami dapat berolahraga untuk meningkatkan kebugaran apabila tubuh sudah mulai kuat untuk beraktivitas.


Sumber : http://wolipop.detik.com

Rabu, 17 April 2013

Indahnya Islam Seperti Indahnya Surga

Islam Ketika Engkau Belum Datang.
Dunia Ini Sangatlah Kacau.
Banyak Sekali Perbuatan-Perbuatan yang Menyalahi Aturan-Mu.

Mereka yang dulu Belum Tau Islam.
Banyak Sekali Melakukan Hal-Hal yang diLuar Ajaran Islam.
SeAkan-Akan Dunia Ini Tidak Ada Warnanya Sama Sekali.
SeAkan-Akan Dunia Hampa tanpa Adanya islam.
Ketika Islam Datang Yang diBawa Nabi Muhammad SAW.

Umat Terdahulu Hanya Bisa Mencaci Islam dan Merendahkan Islam.
Karna Mata Hati Mereka dibutakan Oleh nafsu Mereka Sendiri.
Ternyata Mereka Salah Karna Islam-lah Agama yang WAJIB untuk diImani.

Islam Memang Datang Dalam KeAdaan Asing Tapi Jangan Sampai Islam itu Kembali Dalam KeAdaan Asing Pula.

Nabi Muhammad SAW kita sudah Berusaha Keras untuk menyampaikan syiar islam itu tetapi, orang orang dulu banyak yang tidak percaya akan agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW
Untung Saja Nabi Kita tidak pernah berputus asa dalam menjalankan perintah-perint ah Allah yang diberikan kepadannya

Nabi Muhammad SAW Selalu Berdoa untuk Umat-umatnya yang Sudah beIslam Maupun Belum BerIslam
Nabi Terus Ber-Munajat Agar Umatnya dulu Mau Masuk Islam dan Memeluk Islam
Nabi tidak pernah Mengeluh karna itulah Indahnya Islam ,,Islamtidak pernah mengajarkan umatnya untuk berputus asa.

karna MAN JADDA WAJA DA Barang siapa yang Bersungguh –sungguh maka ia akan berhasil dan s=jua Man Shbara Zhafira Barang Siapa yang BerSabar Maka ia Akan Beruntung…

Alhamduliilah Kita Sekarang Hidup Tidak ada lagi Peperangan-peperangan kayak dulu, kita bisa Menikmati Islam secara Luas Melalui Media-Media yang ada didunia Maya

Alhamdulillah juga kita Hidup Sekarang Dengan Memeluk Agama Islam ,,Agama yang diBawa Oleh Nabi Muhammad SAW untuk kita,,

Sadarkah kita Ketika Kita HIdup di Zaman dulu Apakah kita PASTI memeluk Islam Nauzuhbilahminzalik,,

Sekarang Aku Bisa Menikmati Indahnya Islam itu Karna Islam itu Agama yang Sudah diSempurnakan Oleh Allah SWT sang pencipta Alam,,

Islam itu Memang Indah Contohnya :
Indahnya Alam Semesta yang diciptakan Allah SWT Seperti Gunung,Air,Udar a,daratan Angkasa Raya..

Tanpa Gunung Kita tidak akan bisa menikmati keindahan Bukit-bukit atau menikamati pemandangan dibawahnya.

Tanpa Air Kita tidak bisa berwudhu maupu untuk mandi dan minum

Tanpa Udara Kita tidak bisa bernafas karna manusia butuh bernafas

Daratan Itu Pasti Jelas karena rumah kita dan kita pasti berpijak didaratan hehe

Angkasa raya Tanpa itu kita kita tidak akan pernah tau ada pa diluar bumi kita ini

Misalnya LAgi Allah Telah Menciptakan Manusia-Manusia Seperi Laki-Laki dan Perempuan
dan Islam telah Mengajarakan Para Wanita untuk Menutupi Auratnya Melalui Baju yang Lebar Rok Yang Panjang membentang dan juga Jilbab yang Menutupi mahkota perempuan itu,, dan karna itulah perempuan perempuan itu terlihat cantik dan enak untuk dipandang secara islam, itulah indahnya islam sedangkan untuk yang laki misalnya berpakaian yang rapi (muslim atau juga gamis) dengan celana kain yang rapi serta dimahkota laki laki menggunakan songkok akan juga terlihat tampan untuk pandang itulah indahnnya islam ,,

Islam juga Mengajarakan kita untuk menyayangi Binatang maupun tumbuhan karna mereka semua adalah ciptaan oleh Allah SWT karna dengan merawat mereka insya Allah Akan Merawat Kita.

Indahnya Islam ketika Kita Selau Mengkuti jalan yang lurus Maka Allah telah Mempersiapkan Surga untuk kita selamat kita Menajalankan Perintah-perintahnya dan Menjauhi semua larangan-larangannya karna Allah telah berjanji itu,,

Surga tempat yang Indah ,AKu bisa Bilang INDAHNYA ISLAM SEPERTI INDAHNYA SURGA.. Maka berlomba-lombah lah Masuk surga agar bisa menikamati KeIndahan Islam.

Sedangkan Sebaliknya Kita Melailaikan dan Mendekati Larangannya Maka Nerekalah balasannya Aku Bisa Bilang NERAKA ITU TIDAK SEINDAH SEPERTI ISLAM ya Kita Sebagai Manusia hanya bisa memilih yang mana kita pilih nanti Semog Umat Islam yang ada didunia bisa Menikamati Indah Islam dan Bisa Menikmati Indahnya Surga,

Oleh : M. Ikhsan Nur Effend

Sumber :  http://islami123.wordpress.com

Waktu tak akan pernah kembali

Gue heran ketika gue masuk kampus salah satu temen gue rajin banget dah nulis apa yang dosen gue omongin. Mungkin karena emang dasarnya aja gue males, pas kuliah aja gue cuman dengerin dosen gue ngoceh tanpa tahu apa yang dia bicarain. Bukan cuma itu doang, pas ngasih materi gue jarang banget ngerangkum apa yang dosen gue omongin, cuman kalo lagi mendesak baru deh gue nulis.



Gue duduk di samping Ilham, anaknya pinter, hobi baca buku, gak cupu, tapi dia emang gak suka gabung sama gue dan temen-temen buat nongkrong. Setahu gue, dia itu rajin dan aneh. Ya, dia aneh, nulis beberapa impian dia buat masa depan dan nulis apa yang dosen bicarain kalo lagi "Mario Teguh"-an.

"Ham, elu tuh nulis apaan sih? Penting ya nulis kata-kata motivasi sampe berlembar-lembar kayak gini?" celetuk gue ketika Ilham lagi baca buku tebal berwarna biru item.

"Semua itu tergantung individu, Tra! Kalo elu nganggep penting, ya penting, kalo nggak ya nggak," jawab Ilham santai.

"Aduh, kalo gue disuruh beginian, thank you so much, ampun, ampun!" balas gue.

"Hahaha emang dasar lu-nya aja! Oya, bulan depan gue mau ikutan English camp, nih kalo lu mau gabung," ucap Ilham menyodorkan brosur EC yang diadakan sebuah LBB di kota gue.

Gue yang dasarnya males, langsung aja nolak mentah-mentah, "Gue ikutan beginian? Makasih banget deh, Ham! Elu aja yang ikut, gue mah ga tertarik sama beginian walau nilai Bahasa Inggris gue jelek,"

"Elu gimana sih? Justru dengan adanya event ini lu bisa nunjukin buat diri lu, kalo elu juga bisa! Bukankah elu tahu, kalau Tuhan tidak akan mengubah suatu kaum kecuali bila kaum itu mau berubah?"

Mendengar ceramahannya gue langsung alergi telinga, "Ya deh terserah lu," jawab gue kemudian berlalu meninggalkannya.

***

Gue bener-bener bingung banget! Gue langsung merebahkan diri gue di tempat tidur. Kemeja biru muda yang gue pakai langsung tak karuan. Seperti layaknya otak dan pikiran gue yang tak karuan. Sudah hampir 8 bulan ini tak satupun kantor yang gue kirimi surat lamaran pekerjaan memberi kabar apakah gue bisa di terima atau tidak. Gue benar-benar bingung. Kadang gue iri dengan teman-teman gue yang gak butuh waktu lama buat dapat kerja. Sedangkan gue? Mengapa rasanya pekerjaan menjauh dari gue?

Gue melirik tumpukan kertas di meja dekat lemari. Gue berusaha bangkit dari tempat tidur. Tanpa menghiraukan rasa lelah yang berkecamuk di badan gue, gue mencoba mencari daftar perusahaan yang pernah gue datangi. Saat gue mencarinya, secarik kertas seperti meremehkanku. Ia seakan tertawa pada penderitaanku selama ini. Brosur English Camp yang gue dapat dari Ilham tiga tahun lalu. Gue jadi inget sama kejadian yang menimpa gue sekitar empat bulan lalu....

"Selamat sore, maaf apakah benar ini bagian personalia perusahaan Artaniva?" sapaku ketika menelepon bagian personalia.

"Iya, benar. Maaf ini siapa dan ada yang bisa kami bantu?" jawabnya seorang wanita.

"Begini Mbak, dua minggu yang lalu saya interview kemudian saya akan dikabari seminggu yang lalu tapi, sampai sekarang kenapa belum dihubungi?" tanyaku sopan.

"Maaf atas nama siapa ya?"

"Putra Ardiansyah"

"Tunggu sebentar, akan kami check," pinta Mbak personalia itu.

Tak lama, wanita tersebut kembali menghubungiku, "Mohon maaf, nama Anda tidak tercantum di database kami sebagai karyawan baru di sini."

"Kenapa bisa begitu, Mbak?"

"Menurut catatan di CV yang Anda miliki, anda memiliki pengetahuan yang luas, attitude-nya bagus, namun Anda gagal di kemampuan Bahasa. Dimana, saingan Anda saat itu memiliki kemampuan bahasa yang mumpuni. Mungkin itu yang bisa kami sampaikan, ada lagi?"

"Tidak, terima kasih" balasku lemas.

Beberapa rangkaian test memang sudah gue ikuti di perusahaan tersebut. Hampir semuanya bisa gue atasi hingga tersisa lima pelamar. Namun, sangat disayangkan ketika kemampuan bahasa gue jatuh.

Coba dulu gue ikutan English Camp....

"Waktu berlalu lebih cepat dari yang kamu bayangkan. Tanpa kamu sadari, waktu juga tak bisa membawamu kembali pada masa lalu" 

Sumber : http://arifdarma.blogspot.com

Kamis, 11 April 2013

Semangat Juang Keledai

Alkisah, seorang pedagang sedang mengadakan perjalanan jauh dengan membawa seekor keledai tua. Setelah mengadakan perjalanan hampir sehari penuh, pedagang itu bermaksud beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang. Karena kasihan melihat keledai tuanya juga kelelahan, pedagang itu melepaskan beban berat dari punggung keledai. Ia tidak mengikat keledai tuanya dan membiarkan keledai itu beristirahat sambil memakan daun-daun di sekitar tempat itu.

Pedagang itu kelelahan sekali dan sangat menikmati istirahatnya. Setelah menyantap sedikit bekal, ia mulai terkantuk-kantuk. Tanpa disadarinya, keledai tuanya asyik berkeliaran ke tempat yang agak jauh dari tempatnya beristirahat. Ketika pedagang itu mulai mendengkur dan menikmati mimpi indahnya, si keledai tua pun makin jauh meninggalkannya. Tiba-tiba, si pedagang terjaga dari tidurnya karena mendengar ringkikan suara keledai tuanya. Tergopoh-gopoh ia berlari menuju tempat asal lengkingan suara tadi.

Sesampainya di tempat asal suara, betapa kaget si pedagang ketika dia melihat keledai tuanya terperosok ke sebuah lubang yang agak dalam dan digenangi air. Di dalam lubang itu tampak keledai tua terus menjerit-jerit dan bergerak tak terkendali karena panik. Makin lama jeritan keledai tua itu makin memilukan dan ia tampak mulai kelelahan. Si pedagang yang melihat keadaan keledainya itu jadi ikut panik karena tidak tahu harus berbuat apa.

Rupanya, jeritan keledai tua yang sangat keras dan memilukan itu juga didengar oleh beberapa orang yang kebetulan melewati tempat tersebut. Setelah melihat mempertimbangkan situasinya, beberapa orang tadi menyarankan si pedagang supaya merelakan saja kepergian si keledai tua.

“Hari sudah sore, sementara kita tidak punya tali dan tenaga yang cukup untuk mengangkatnya. Dari pada keledai tua itu menderita berkepanjangan di dalam lubang, Tuan relakan saja dan mari kami bantu menguburnya dengan tanah,” kata salah seorang di antaranya. Sang pedagang tersentak mendengar usulan tadi. Ia kembali melongok ke lubang dan melihat keledainya mulai kepayahan dan jeritannya pun makin lemah. Hatinya semakin iba dan tidak tega melihat keadaan keledai tuanya. Akhirnya, pedagang itu menoleh ke orang-orang di sekelilingnya, dan ia mengangguk tanda setuju.

Segera setelah itu, dengan berat hati si pedagang dibantu beberapa orang tadi mulai menimbun keledai tua dengan tanah dan pasir. Saat tanah dan pasir mulai menimpa punggung sang keledai, dia kaget, ketakutan, dan kembali menjerit-jerit kesakitan. Tetapi tanah dan pasir itu tidak henti-hentinya menimpa dari atas. Dalam kepanikan itulah si keledai tua itu terus menggerak-gerakkan dan mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya jatuh ke bawah. Kakinya pun mulai bergerak-gerak dan menginjak-injak tanah yang jatuh dari punggungnya.
Begitu seterusnya, lama-lama air yang tadinya merendam kaki si keledai mulai tertimbun tanah. Seiring dengan semakin banyak tanah dan pasir digelontorkan ke atas panggungnya, ternyata semakin mendangkal pula lubang itu. Di luar dugaan, keledai tua yang semula sudah sangat kepayahan tiba-tiba menjadi semakin bersemangat mengguncang-guncangkan punggungnya dan menginjak-injak tanah di lubang itu. Si pedagang dan orang-orang yang membantunya pun jadi terheran-heran menyaksikan kejadian itu. Mereka juga makin bersemangat menggelontorkan pasir dan tanah ke dalam lubang.

Tepat menjelang matahari terbenam, lubang itu sudah semakin dangkal dan tiba-tiba… hupppp…! Si keledai tua berhasil meloncat keluar dari lubang. Semua orang berteriak terpesona dan bertepuk tangan menyaksikan pemandangan yang luar biasa itu. Si keledai selamat karena tidak mau menyerah.



Kisah yang luar biasa tadi mengajarkan kepada kita tentang pentingnya semangat pantang menyerah dalam menghadapi beban yang datang bertubi-tubi. Keledai tua yang kelelahan dan terperosok ke dalam lubang tadi ibaratnya seseorang yang tengah dilanda kemalangan atau persoalan berat. Apabila orang yang ditimpa kemalangan itu hanya diam, pasrah, menerima nasib semata, dan tidak mau memanfaatkan setiap kesempatan sekecil apa pun untuk keluar dari persoalannya, hampir pasti akan tamatlah riwayatnya.

Jadi: jangan pernah menyerah jika sedang menghadapi cobaan atau masalah yang sangat berat. Terus bergerak, jangan hanya diam dan pasrah menunggu sang waktu menentukan hitam putihnya kehidupan kita. Gunakan akal budi kita yang luar biasa untuk memecahkan masalahnya. Dan Tuhan pasti tidak akan membiarkan kita berjuang sendiri dalam upaya keluar dari masalah tersebut. Percayalah!

Salam sukses, luar biasa!

Sumber :  http://www.andriewongso.com

Ketegaran Cinta Bertakbir

Oleh : Rudi Al-Farisi

Seorang sahabat, Mimi namanya, kami bersahabat puluhan tahun sejak kami sama-sama duduk di sekolah dasar (SD), selama beberapa tahun itu saya mengenalnya, sangat mengenalnya, Mimi gadis sederhana, anak tunggal seorang juragan sapi perah di wilayah kami, memiliki mata sebening kaca, dan lesung pipit yang manis menawan siapa saja akan runtuh hatinya jika memandang senyumnya, termasuk saya’. dan nilai tambahnya adalah dia seorang yang sangat sholehah, yang patuh pada kedua orang tuanya.

Tetapi Ranu, Don Juan yang satu ini juga sangat menyukai Mimi, track recordnya tidak menggoyahkannya untuk merebut hati Mimi. Sedangkan saya hanya bisa menatap cinta dari balik senyuman tipis ketegaran.
Setiap pagi hari, petugas rutin kantor pos pasti sudah nangkring di sudut rumah besar di ujung gang kampung kami, (rumah Mimi).
Menunggu pemilik rumah membukakan pintu demi dilewati selembar surat warna merah jambu milik Ranu untuk sang pujaan hatinya.
Sedang Mimi yang semula tak bergeming, menjadi kian berbunga-bunga diserang ribuan rayuan gombal milik don juan.
Merekapun pacaran dari mulai kelas 1 SMP bayangkan, hingga menikah. Sebagai tetangga sekaligus teman yang baik, saya hanya bisa mendukung dan ikut bahagia dengan keadaan tersebut. (walaupun hati ini meratap) Apalagi Mimi dan Ranu saling mendukung, dan sama-sama bisa menjaga dirinya, hingga ke Pelaminan,,Insyaallah.
Hingga tiba ketika selesai kuliah, mereka berdua ingin mewujudkan cita-cita bersama, membina keluarga, yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.
Namun, namanya hidup pasti ada saja kendalanya, dibalik kesejukan melihat hubungan mereka yang adem anyem, orang tua Ranu yang salah satu anggota di DP….!! itu, menginginkan Ranu menikahi orang lain pilihan kedua orang tuanya, namun Ranu rupanya cinta mati dengan Mimi, sehingga mereka memutuskan untuk menikah, sekalipun diluar persetujuan orang tua Ranu, dan secara otomatis Ranu, diharuskan menyingkir dari percaturan hak waris kedua orang tuanya, disertai sumpah serapah dan segala macam cacian.
Ranu akhirnya melangkah bersama Mimi, setelah menikah, mereka pergi menjauh keluar dari kota kami, Dumai, menuju Pekan Baru, dengan menjual seluruh harta peninggalan kedua orang tua Mimi yang sudah tidak ada, (semenjak Mimi di bangku SMA, orang tuanya kecelakaan). Untuk mengadu nasibnya menuju ke Pekan Baru " Kota Bertuah" Istilah si Mimi dan Ranu.
Saya hanya dipamiti sekejap, tanpa bisa berkata-kata, hanya saling bersidekap tangan didada dan terharu panjang, Mimi menitipkan salam untuk Ibu yang sudah dianggapnya seperti Ibunya sendiri.
Masih tajam dalam ingatan, Mimi pergi bergandengan tangan dengan sang kekasih abadi pujaan hatinya “Ranu”, melenggang pelan bersama mobil yang membawa mereka menuju "Kota Bertuahnya" Pekan Baru.
Selama setahun, kami masih rutin berkirim kabar, hingga tahun kelima, dimana saya masih membujang dan masih menetap tinggal di Dumai, sedang Mimi entah kemana, hilang tak ketahuan rimbanya, setelah surat terakhir mengabarkan bahwa dia melahirkan anak keduanya, kemudian setelah itu kami tidak mendengar kabarnya, lagi.
Bahkan Ibuku yang sudah berhijrah hampir tiga tahun ini di Pekan Baru tempat kakakku juga tidak bisa melacak keberadaan Mimi, Mimi lenyap ditelan bumi, hanya doa saya dan Ibu serta sahabat-sahabat yang lain yang masih rutin kami panjatkan, untuk keberuntungan Mimi di sana.
Sampai di suatu siang yang terik, di hari sabtu, kebetulan saya berada dirumah karena kantor memang libur dihari sabtu dan minggu, tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara ketokan pintu dikamar, mbak "Inul" patner kerja (alias Pembantu) kami mengabarkan ada tamu dari Pekan Baru, siapa gerangan pikir saya ketika itu.
Setelah saya temui, lama sekali saya memeperhatikan tamu tersebut, perempuan cantik berkulit putih, tapi bajunya sangat lusuh beserta ketiga anaknya, yang dua laki-laki kurus, bermata cekung terlihat sangat kelelahan, dan seorang bayi mungil dalam gendongan.
Sejenak saya tertegun, lupa-lupa ingat, hingga suara perempuan itu mengejutkan saya " Faris….Faris khan !", sejenak, dia ragu-ragu, hingga kemudian berlari merangkul saya, sambil terisak keras dibahu saya, saat itu saya hanya bisa diam tertegun dan tak tahu mau melakukan apa, dan saya tidak bisa menepis karena hal ini bukan muhrimnya.
Lalu setelah ia puas menangis, pelukan itu baru lepas, ketika kami dikejutkan oleh tangis bayi Mimi yang keras, yang rupanya tanpa kami sadari telah menyakitinya, dan menekan bayi itu dalam pelukan kami. Masyaallah !.semoga Allah mengampuni…..
Saya menjauhkannya dari bahu saya sambil masih ragu, berguman pelan "Mimi…Mimikah ?" Masyaallah…!, sekarang giliran saya yang ingin merangkul Mimi, tapi karena syari’at masih membayang dibatin. Aku hanya bisa bersidekap tangan didada tanpa bisa meluapkan perasaanku melihat kondisinya. Anak-anak Mimi yang melihat kami hanya termangu,
Mimi terlihat lebih tua dari usianya, namun kecantikan alaminya masih terlihat jelas, badannya kurus, dengan jilbab lusuh, yang berwarna buram, membawa tas koper berukuran besar yang sudah cuil dibeberapa bagian, mungkin karena gesekan atau juga benturan berkali-kali, seperti orang yang telah berjalan berpuluh-puluh kilometer.
Tanpa dikomando saya langsung mempersilahkan Mimi masuk kedalam rumah, membantu membawakan barang-barangnya, dibantu mbak Inul, meletakkan barangnya di ruang tamu, rumah saya.
Menunda beberapa pertanyaan yang telah menggunung dipikiran saya, Saya menatap dalam-dalam, Mimi sedemikian berubahnya, perempuan manis yang dulu saya kenal kini terlihat sangat berantakan, Masyaallah !, Mimi …ada apa denganmu!.
Saya menunda pertanyaan saya, hingga Mimi dan anak-anaknya mau saya paksa beristirahat beberapa hari dirumah saya, ia tidur dikamar ibu yang sudah dirapikan mbak Inul, saya rindu padanya, dan juga terharu melihat keadaannya.
Beberapa hari beristirahat dirumah saya, saya baru berani menanyakan tentang kabar keadaannya sekarang. Kami duduk diruang tamu sambil cerita ringan.
Semula Mimi terdiam seribu bahasa pada saat saya tanya keadaan Ranu, matanya berkaca-kaca, saya menghela nafas dalam, menunggu jawabannya lama, dalam hitungan menit hingga keluarlah suara parau dari mulutnya…
"Mas Ranu, Ris….sudah berpulang kepada-Nya lima bulan yang lalu".
"Oh" desah saya pelan, kata-kata Mimi membuat saya tercekat beberapa saat, namun sebelum saya sempat menimpali, bertubi-tubi Mimi menangis sambil setengah meracau "Mas Ranu kena kanker paru-paru, karena kebiasaannya merokok tiga tahun yang lalu, semua sisa peninggalan orang tuaku sudah habis terjual ludes, untuk biaya berobat, sedang penyakitnya bertambah parah, keluarga mas Ranu enggan membantu, kamu tahu sendiri khan, aku menantu yang tidak diinginkan, dan ketika Mas Ranu meninggal, orangtuanya masih saja membenciku, mereka sama sekali tidak mau membantu, aku bekerja serabutan di Pekan Baru, Ris.., mulai jadi tukang cuci, pembantu rumah tangga, dsb, hingga Mas Ranu meninggal, keluarganya, hanya memberiku uang sekedarnya untuk penguburan Mas Ranu, hingga aku terpaksa menjual rumah tempat tinggal kami satu-satunya, dan dari sana aku membayar semua tagihan rumah dan hutang-hutang pada tetangga, sisanya aku gunakan untuk berangkat ke Dumai, aku tidak sanggup mengadu nasib disana Ris…." Kata-kata Mimi berhenti disini, disambut isak tangisnya, sedang saya yang sedari tadi mendengarkan tak kuasa juga menahan haru yang sudah sedari tadi menyesak di dada.
Setelah kami sama-sama tenang, saya bertanya pada Mimi " Lalu apa rencanamu, Mimi ?".
Mimi tertegun… dia memandang saya nanar, saya menundukkan pandangan, karena saya takut terbawa rayuan syetan. kemudian dia mengulurkan tangan, memberikan seuntai kalung emas besar, "Sisa hartanya " begitu kata Mimi.
"Ini untukmu Ris.., aku gadaikan padamu, pinjami aku uang untuk modal usaha, dan kontrak rumah kecil-kecilan, aku tidak mau merepotkanmu lebih dari ini Ris..".
Aku yang menahan haru, sontak mataku langsung mengalirkan sesuatu, walaupun aku lelaki, namun hati ini bertindak sebagai makhluk tuhan yang berperasaan. kembali kami hanyut dalam haru.
Pelan-pelan saya, meraih kalung itu dari meja, menimbang-nimbang, pikiran saya melayang menuju sisa uang saya di amplop, dalam tas, Jum'at kemarin saya baru saja mendapat lembur-an, sebagai pegawai di suatu instansi, nilai lembur saya sangatlah kecil jika dibandingkan dengan pegawai yang lain tentunya, tapi itulah sisa uang saya, saya mengeluarkan amplop tersebut dari dalam tas, di kamar, semua saya infaqkan untuk Mimi, semata mata karena ikhlas.
Mimi menatap amplop di tangan saya, sejurus kemudian saya meletakkan amplop tersebut diatas meja sambil berkata "Ini sisa uangku Mimi, kamu ambil, nanti sisanya, biar saya pikirkan caranya, kamu butuh modal banyak untuk mulai usaha"
Keesokan harinya, saya menjual kalung Mimi, pada sahabat baik saya yang lain, kebetulan ia seorang pemodal-muslim, yang baik hati,.. "Thanks ya Hans".., saya menceritakan tentang keadaan Mimi pada mereka, Hans dan Istrinya banyak membantu " Ya Allah limpahilah berkah pada orang-orang baik seperti mereka".
Singkat cerita, Mimi bisa mulai usahanya dari modal itu, mengontrak rumah kecil didekat rumah saya, Alhamdulillah !, sekarang ditahun kedua, usahanya sudah menampakkan hasil, Mimi sudah sedemikian mandiri, banyak yang bisa saya contoh dari pribadinya yang kuat yaitu Mimi adalah pejuang sejati, ulet, sabar, dan kreatif.
Kuat karena Mimi enggan bergantung pada orang lain, dan tegar karena diterpa cobaan bertubi-tubi, Mimi tetap, kokoh, dan tidak bergeming sedikitpun, dia juga Smart, tahu dimana dia harus meminta pertolongan pada orang yang tepat, dan tentu saja muslimah yang taat beribadah, hingga Allah pun tak enggan membantunya.
Saya hanya berpikir dan yakin pasti ada jutaan Mimi-Mimi, diluar sana, akan tetapi pastinya sangat jarang yang melampui cobaan bertubi-tubi seperti dirinya dengan Indahnya.
Saya hanya ingin berbagi…..cobalah kita lihat, Mimi tetangga saya kini dan setiap pagi selalu menyapa riang saya, wajah cantiknya kembali bersinar, meskipun ia menyandang status janda. Yang kemudian dia tekun mendengar keluh kesah saya pada setiap permasalahan saya hadapi setiap harinya, termasuk ketika saya mulai mengeluh tidak betah dikantor sebagai pegawai sekian tahun, atau ketika saya menghadapi badai kemelut usia yang yang sudah berkepala tiga, apa kata Mimi
"Faris, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan seseorang atau Allah lebih tahu apa yang terbaik bagimu, sedangkan kamu tidak".
Subhanallah ! Mimi, contoh kekuatan wanita muslimah, ada disana.
Dan jika saya sudah menyerah kalah pada permasalahan bertubi-tubi dalam hidup saya, maka Mimi membawa saya menuju pintu rumah mungilnya, didepan pintunya, saya melihat kepulasan tidur anak-anaknya di ruang tamu yang ia jadikan ruang tidur, sedangkan kamar tidur ia jadikan dapur untuk memasak, (sungguh rumah yang mungil) mereka berjejal pada tempat tidur susun yang reyot, dan juga tempat tidur gulung kecil dibawahnya, tempat si sulungnya tidur, kemudian katanya, "Lihatlah Ris, betapa berat menjalani hidup seorang diri, tanpa bantuan bahu yang lain, kalau tidak terpaksa karena nasib, enggan aku menajalaninya, Ris, sedang kamu, bersyukurlah kamu, masih memiliki masa depan yang panjang ".
Duh, gusti betapa baik hati Mimi ini, betapa malu saya dihadapannya, cobaan saya, tentu jauh lebih ringan dibanding dirinya, tapi betapa saya jarang bersyukur, sering mengeluh, dan sering merasa kurang.
"Stupid mind in the Stupid ordinary " Yang jelas watak Mimi dan kekuatannya menumbuhkan satu prinsip dihati saya bahwa " Karena aku adalah lelaki, aku harus kuat dan tegar lebih dari wanita ini dalam menghadapi badai sekeras apapun, jika mungkin jauh lebih kuat dan tegar demi tangan-tangan mungil yang mungkin akan menjadi tangan-tangan perkasa yang siap mencengkram dunia, Insyaallah Amien"
Singkat cerita, saya pun berhenti dari pekerjaan yang lama, sekarang saya bekerja lebih mapan dari yang dulu. Karena setiap pulang kerja saya melintas didepan rumah Mimi, dan terus memperhatikan ketegarannya, akhirnya Allah menumbuhkan kembali cinta dihatiku. Sampai suatu saat aku pun melamarnya agar hubungan kami dihalalkan oleh syari’at. Mimi hanya bisa menunduk malu dan tersenyum melihat anak-anaknya yang akan memiliki ayah yang baru. Dalam hati, Mimi bertakbir dan bertahmid melihat kekuasaan Allah..
Allahu Akbar….
Sekian….Terima kasih,,,
Salam,
 
Sumber : http://dumaidownload.blogspot.com

Catatan Harian Seorang PSK

Tinta berwarna biru itu mulai luntur. Huruf-huruf yang terjalin telah menyatu antar baris hingga sulit membedakan kalimat demi kalimat. Begitu rumit membacanya. Buku usang yang menampung lautan tinta itu kutemukan terletak di depan pintu rumahku subuh ini, tepat tanggal dua puluh tiga April.

Bulan ini bukan bulan yang selalu basah oleh hujan. Tapi lembar-lembar kertas di dalam buku itu begitu lembab bahkan ada beberapa yang saling berlekatan hingga sulit dipisahkan dan menyiksa bola bening di kedua wajahku untuk berakomodasi memperjelas huruf-huruf yang bermukin di lembarnya.

Pelan-pelan kubuka lembar demi lembar. Hanya lembar yang mampu terpisah saja yang kubaca. Selebihnya kubaca setengah lalu berusaha menebak isinya.

23 Juli 2004
Hari ini hari istimewa buatku. Aku dan Dira resmi menjadi kekasih.

Tanggal dua puluh tiga Juli, tanggal yang sama saat aku dan kekasihku, Ameliana, resmi pacaran. Tanggal ini juga tanggal pernikahanku tiga tahun yang lalu. Betul-betul sebuah kebetulan.

25 Juli 2004
Dira keluar kota seminggu. Aku rindu.

Lembar berikutnya hanya berisi kalimat-kalimat singkat. Sepatah kata rindu. Sebaris kalimat cinta. Sebait puisi.

Harapku hari ini cinta kan bersemi
Di hatiku dan hatimu
Harapku hari ini kasihmu
Hanya untukku
Harapku semua ini kan berlangsung
Selamanya…..

Ada lembar yang hilang sehabis puisi itu. Bekas sobekannya masih tampak. Begitu tebal. Hingga tanggal yang terbaca adalah tanggal setahun kemudian.

23 Juli 2005
Genap setahun hubunganku dengan Dira. Terlalu banyak perbedaan di antara kami. Aku ingin berpisah. Dia enggan. Aku sudah terlanjur menyayanginya. Tapi, aku tidak bisa berlama-lama dengannya. Apalagi mimpi buruk itu selalu mengejarku. Aku takut….

28 Juli 2005
Mimpi buruk itu masih betah menjadi bantalku. Saat Dira pertama kali menciumku, tapi lebih menyeramkan. Aku harus pergi dari Dira!!! Harus !!!

30 September 2005
Dira berjanji akan menikahiku. Lalu entah setan mana yang merasuki tubuh kami hingga kami hari ini ibarat menikmati buah khuldi, nikmat tapi terlarang. Aku benci hari ini !!!!

17 Oktober 2005
Ulang tahunku ke dua puluh dua, Dira menghadiahiku sebuah ciuman. Tak lupa ia sertakan seikat janji tuk segera menikah. Aku percaya. Semua telah kuberi padanya. Pikirku ia akan menikahku.

Akhir Desember 2005
Kami makin sering bertengkar. Ada-ada saja masalah yang timbul. Aku ingin pergi darinya, tapi perasaanku padanya sudah demikian dalam. Aku juga telah menyerahkan milikku padanya. Laki-laki mana yang kelak bersedia menikahiku jika tahu riwayatku ?

Januari hingga Juni 2006
Semua hambar !!! Dira makin jarang menemuiku. Aku merasa dicampakkan olehnya. Inikah lelaki ?

14 Juli 2006
Dira datang padaku. Ia berkata akan melamarku tanggal dua puluh tiga nanti. Tepat dua tahun hubungan kami. Dia tidak bohong padaku. Ia akan menikahiku !!!

23 Juli 2006
Aku menanti Dira di tugu layar bibir pantai ini. Tempat kami menghabiskan hari berdua jika tanggal ini tiba. Tempat kami merajut mimpi-mimpi kami. Hingga petang merangkak ia belum tiba. Aku telah mengenakan gaun yang ia senangi. Berwarna biru. Ia akan melamarku hari ini. Itu janjinya. Burung-burung telah pulang. Senja sudah berlari meninggalkan malam. Aku masih menunggu. Diraku pasti datang.

Jam sepuluh malam, Dira belum datang. Kuhubungi ponselnya. Bundanya yang bercerita padaku. Hari ini Dira menikah dengan perempuan lain. Menikah atau dinikahkan…???

Aku ingin mati!!! Dibohongi oleh lelaki yang kucintai dan telah merenggut milikku adalah hal yang menyakitkan.

Dua puluh tiga awalnya, dua puluh tiga juga akhirnya

16 September 2006
Awal mula perkenalanku dengan dunia malam. Risih. Tapi, sudah kuputuskan, aku ingin menjadi bagiannya !!! membalas sakit hati ini dengan menghabiskan malam di ranjang dengan lelaki berbeda.

17 Oktober 2006
Usiaku dua puluh tiga. Angka ini mengingatkanku pada Dira. Ingin rasanya bertemu dengannya malam ini. Tepat di hari ini, di angka dua puluh tiga. Aku masih merindunya…..

23 April 2007
Dira berulang tahun hari ini. Ingin kuhadiahi sebuah ciuman yang hangat buatnya seperti hadiahnya dahulu. Tapi, ia pasti lebih bahagia dengan istrinya sekarang. Selamat ulang tahun sayang….

Tak ada lagi catatan setelah tanggal itu. Lembar-lembar kekuningan yang kini di depanku hampa tanpa jiwa. Kubuka lembar-lembar berikutnya, hingga tiba pada terminal. Ujung buku harian itu. Ada kisah tulisan panjang terukir di sana, dua halaman.

22 April 2020
Dira sayang, selamat ulang tahun yang ke 36. Terlalu dini bagiku mengucapkannya, tapi aku takut esok aku tak bersahabat lagi dengan hidup. Aku takut udara yang kuhirup hanya zat beracun yang akan menghambat jalan nafasku. Aku takut tak sempat mengucapkannya padamu, sayang.

Empat belas tahun sudah kita berpisah. Waktu itu tidak membuatku lupa akan dirimu. Semua tentangmu masih terekam jelas di kepalaku. Bahkan caramu merengek padaku jika aku marah pun masih terbayang di pelupukku kini.

Dira, kau pasti sudah memperoleh kebahagianmu sekarang. Dikelilingi oleh istri dan anak-anak yang mungil, hidupmu sudah sempurna. Dahulu kita juga bermimpi yang sama, kan ? kau, aku dan anak-anak kita. Tapi, kau telah mendapatkan mimpimu. Tinggal aku yang hingga hari ini masih tertidur mengais sisa-sisa mimpi orang-orang.

Aku benci padamu. Tidak, aku cinta padamu. Sangat mencintaimu. Tapi, mengapa kau pergi dariku?(sudah lama pertanyaan ini kusimpan). Apa pengorbananku kepadamu dahulu tidak cukup ? ah…tak usahlah kita mengenang masa lalu. Kau kini sudah bahagia, buat apa kuusik lagi bahagiamu.

Sayang, aku rindu padamu. Meski aku tahu perasaan itu tak berhak lagi ada saat usia kita seperti ini. Apalagi dirimu. Tapi, salahkah aku jika di usiaku ini aku masih bermimpi membina sebuah rumah tangga denganmu ? tak usahlah kau pikirkan. Aku tak mungkin akan menikah. Aku pelacur sekarang Dira. Sosok yang paling kau benci. Orang yang dahulu kau cintai menjelma menjadi orang paling kau benci. Aku masih ingat kata-katamu dahulu kalau kau takkan menikah dengan pelacur. Begitu tegas. Aku pelacur kini, kau tak mau lagi menikah denganku kan?

Dira, hari ini aku ke tempat kita. Menantimu seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku selalu berharap tiap tanggal dua puluh tiga kau datang di tempat itu. Sekedar mengingatku. Bagian masa lalumu yang kini lapuk. Banyak yang berubah di sana. Tapi ada dua hal yang tak berubah. Senja masih sama indahnya saat kita melihatnya berdua dan juga perasaan di hati ini tak berubah.

Esok kau bertambah usia. Semoga kebahagiaanmu hari ini akan kau rasakan selamanya. Doaku tak pernah putus buatmu, sayang. Bukankah kau pernah memintaku mendoakanmu tiap tanggal ini, sebab aku akan menjadi istrimu. Tapi, meski aku tak lagi punya harapan untuk menjadi pendampingmu, doaku masih mengalir buatmu.

Ingat puisimu buatku ? Esok tanggal dua puluh tiga. Akan kuberi kau kado terakhir dariku bersama dengan buku harian pemberianmu. Mudah-mudahan kau bangun pagi. Pandanglah ke luar pintu pagarmu usai kau baca tulisanku. Ada sebuah benda spesial buatmu sayang. Akan kuberi sendiri……

Hari ini tanggal dua puluh tiga. Ulang tahunku ke 36. Istriku pagi-pagi sudah sibuk mempersiapkan acara yang akan kami adakan sebentar. Ia asik menelepon kerabat kami saat aku keluar dan mendapati buku harian pelacur itu tergeletak di depan pintu. Buku harian yang kuhadiahkan pada kekasihku saat kami baru jadian.

Habis kubaca tulisan-tulisan di buku itu, kuarahkan pandanganku ke pagar. Embun di mata mengaburkan pandanganku pada sosok perempuan bergaun biru yang berdiri tepat di depan pagar. Kuhampiri ia. Ia menangis. Ingin rasanya kupeluk ia. Tapi, ia menunduk, menjaga jarak dariku.

Aku pelacur Dir, jangan dekat-dekat
“Amel….”

Selamat ulang tahun, sayang…”, pelan ia berucap lalu diangsurkannya seikat kertas yang berwarna kekuningan padaku. Kubuka gulungannya. Semua kumpulan puisiku yang dahulu kuberi padanya. Tidak, jangan kembalikan, batinku. Aku ingin ia menyimpannya. Aku tahu makna semua ini. Aku ingin mengembalikannya padanya tapi ia sudah tak lagi berada di jarak pandangku.

“Pa, siapa tadi di luar ?” Istriku menegurku saat aku baru menutup pintu ruang tamu.
“Seorang teman lama memberiku kado dan ucapan selamat”

“Kenapa tidak diajak masuk ?”
“Ia tak mau”

“Ya sudah. Sekarang kita ke ruang makan. Anak-anak mau kasih kejutan sama papa”.

***
24 Nopember 2005….
“Amel…aku punya puisi buatmu. Bacalah setibamu di kamar. Mulai hari ini aku akan selalu membuatkanmu puisi. Pepuisi inilah yang akan menjadi kehidupan kita berdua”
“Maksudmu?”

“Selama aku masih memberimu puisi atau kau masih senang membaca puisi-puisiku selama itu pulalah hidup kita”
“Aku tidak mengerti”

“Kumpulan puisi ini adalah pertanda. Jika kau telah mengembalikannya padaku, maka itu artinya kita berdua akan kembali pada asalnya..”

“Dira, jangan berbelit-belit !”
“Kelak kau akan mengerti”.
***

23 April 2020
Seorang lelaki meninggal di hari ulang tahunnya terkena serangan jantung mendadak. Seorang pelacur meninggal tertabrak truk.

sumber : fiksi.kompasiana.com