Di dalam bukunya, “al-Qur’an Dan Ilmu Modern”, Dr Morris Bukay[1]
mengungkap kesesuaian informasi al-Qur’an mengenai nasib Fir’aun Musa
setelah ia tenggelam di laut dan realita di mana itu tercermin dengan
masih eksisnya jasad Fir’aun Musa tersebut hingga saat ini. Ini
merupakan pertanda kebesaran Allah Subhanahu wa ta’ala saat berfirman,
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” [QS.Yunus:92]
Dr. Bukay berkata, “Riwayat versi Taurat mengenai keluarnya bangsa
Yahudi bersama Musa Alaihissalam dari Mesir menguatkan ‘statement’ yang
menyatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah Fir’aun Mesir pada
masa nabi Musa Alaihissalam. Penelitian medis terhadap mumi Mineptah
membeberkan kepada kita informasi-informasi berguna lainnya mengenai
dugaan sebab kematian Fir’aun ini.
Sesungguhnya kitab Taurat menyebutkan, jasad tersebut ditelan laut akan
tetapi tidak memberikan rincian mengenai apa yang terjadi terhadapnya
setelah itu, Injil pun juga sama. Sedangkan al-Qur’an menyebutkan, jasad
Fir’aun yang dilaknat itu akan diselamatkan dari air sebagaimana
keterangan ayat di atas. Dalam hal ini, pemeriksaan medis terhadap mumi
tersebut menunjukkan, jasad tersebut tidak berada lama di dalam air
sebab tidak menunjukkan adanya tanda kerusakan total akibat terlalu lama
berada di dalam air.[2]
Dr. Morris Bukay menyebutkan bahwa dalam sebuah penelitian medis dengan
mengambil sampel organ tertentu dari jasad mumi tersebut pada tahun 1975
melalui bantuan Prof Michfl Durigon dan pemeriksaan yang detail dengan
menggunakan mikroskop, bagian terkecil dalam organ itu masih dalam
kondisi terpelihara secara sempurna. Ini menunjukkan, keterpeliharaan
secara sempurna itu tidak mungkin terjadi andaikata jasad tersebut
sempat tinggal beberapa lama di dalam air atau bahkan sekali pun berada
lama di luar air sebelum terjadi proses pengawetan pertama.
Dr. Bukay juga menyebutkan, diri bersama tim telah melakukan banyak
penelitian, di antaranya untuk mengetahui dugaan sebab kematian Fir’aun.
Penelitian yang dilakukannya berjalan legal karena dibantu direktur
laboratorium satelit di Paris, Ceccaldi dan prof. Durigan. Objek
penelitian dititik beratkan pada salah satu orang di tengkorak kepala.
Mengenai hasilnya, Dr Bukay mengungkapkan, “Dari situ diketahui, bahwa
semua penelitian itu sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat dalam
kitab-kitab suci yang menyiratkan Fir’aun tewas ketika digulung
gelombang…”[3]
Dr. Bukay menjelaskan sisi kemukjizatan masalah ini. Ia mengatakan, “Di
zaman di mana al-Qur’an sampai kepada manusia melalui Muhammad
Shallallahu’alaihi wa sallam, jasad-jasad para Fir’aun yang diragukan
orang di zaman kontemporer ini apakah benar atau tidak ada kaitannya
dengan saat keluarnya Musa, sudah lama terpendam di pekuburan lembah
raja di Thoba, di pinggir lain dari sungai Nil di depan kota al-Aqshar
saat ini.
Pada masa Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam segala sesuatu mengenai
hal ini masih kabur. Jasad-jasad tersebut belum terungkap kecuali pada
penghujung abad ke-19.[4] Dengan begitu, jasad Fir’aun Musa yang masih
eksis hingga kini dinilai sebagai persaksian materil bagi sebuah jasad
yang diawetkan milik seorang yang mengenal nabi Musa Alaihissalam,
menentang permintaannya dan memburunya dalam pelarian serta mati saat
pengejaran itu. Lalu Allah menyelamatkan jasadnya dari kerusakan total
sehingga menjadi tanda kebesaran-Nya bagi umat manusia sebagaimana yang
disebutkan al-Qur’an al-Karim.[5]
Informasi sejarah mengenai nasib jasad Fir’aun tidak berada di tangan
manusia mana pun ketika al-Qur’an turun atau pun setelah beberapa abad
setelah turunnya. Akan tetapi ia dijelaskan di dalam Kitab Allah
Subhanahu wa ta’ala sebelum lebih dari 1400 tahun lalu.
Seorang Professor Masuk Islam Karena Mumi Fir’aun
Professor Maurice Bucaille adalah seorang dokter ahli bedah terkemuka
di dunia yang berasal dari Prancis. Ia mempunyai cerita yang sangat
menakjubkan. Ia menjelaskan sebab musabab dirinya meninggalkan agama
Katolik yang telah dianutnya bertahun-tahun, kemudian menyatakan dirinya
memeluk agama Islam.
Setelah menyelesaikan study setingkat SMA-nya, ia menetapkan untuk
mengambil jurusan kedokteran pada sebuah univertsitas di Prancis. Ia
termasuk salah satu dari mahasiswa yang berprestasi hingga akhir tahun,
karena kecerdasan dan keahlian yang dimilikinya, dia kemudian menjadi
seorang dokter terkemuka di Prancis.
Prancis adalah negara yang terkenal sangat menjaga dan mementingkan
barang-barang peninggalan kuno dibandingkan dengan negara yang lainnya,
terutama pada masa kepemimpinan Fransu Metron tahun 1981.
Pada tahun itu, Prancis meminta ijin kepada Mesir agar mereka
diberikan kesempatan untuk memeriksa dan meneliti mumi Fir’aunnya yang
terkenal. Sebuah mumi yang tak asing dikalangan orang-orang Islam.
Fir’aun ini adalah orang yang ditenggelamkan Allah dilaut merah, tatkala
melakukan pengejaran terhadap nabi Musa Alaihissalam.
Permintaan Prancis ditanggapi oleh Mesir dengan mengizinkan Prancis
untuk mengadakan penelitian. Mumi Fir’aun dipindahkan dengan menggunakan
pesawat terbang. Setibanya di Prancis, kedatangan mumi tersebut
disambut oleh Persiden Franso Metron beserta para menterinya seolah-olah
dia masih hidup.
Mumi tersebut kemudian dipindahkan ke pusat barang-barang kuno milik
Prancis untuk diserahkan kepada para ilmuwan dan dokter bedah, supaya
mereka dapat mempelajari rahasia yang terkandung dari mumi tersebut, dan
Profesor Professor Maurice Bucaille bertindak sebagai ketua tim
penelitian.
Semua tim peneliti bertugas untuk meneliti, memperbaiki tulang-tulang
yang sudah rusak dan anggota tubuh yang lainnya. Berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh Professor Maurice Bucaille, ia justru menyelidiki
tentang rahasia kematian Fir’aun.
Pada suatu malam, ia memperoleh hasil penelitiannya; bahwa terdapat
bekas garam yang menempel pada mayat mumi, sehingga dapat ia jadikan
sebuah bukti yang nyata bahwa Fir’aun mati karena tenggelam dan mayatnya
dapat di selamatkan, kemudian diawetkan pada saat kejadian.
Dari hasil penelitiannya, timbul beberapa pertanyaan yang susah untuk
ia dapatkan jawabannya yaitu bagaimana mayat Fir’aun dapat
diselamatkan, dan anggota tubuhnya masih tetap utuh, sedangkan kondisi
mayat-mayat yang lainnya setelah diawetkan tidak seperti dirinya?
Namun sebelum ia selesai membuat kesimpulan, salah seorang temannya
berbisik kepadanya dengan berkata: “Jangan terburu-buru seperti itu,
karena orang-orang Islam telah mengetahui tentang hal ini.”
Mendengar pernyataan dari temannya itu, ia menolak keras atas
pernyataan tersebut. Ia berkata: “Penemuan seperti ini tidak mungkin
dilakukan kecuali ada dukungan sains dan teknologi canggih”.
Salah seorang temannya yang lain menanggapinya seraya berkata:
“Al-Qur’an merekalah yang telah menceritakan kematiannya dan bagaimana
jasadnya di selamatkan dari tenggelam.” Mendengar penjelasan temannya
itu, Bakay kebingungan dan bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa
terjadi?
Sedangkan mumi ini sendiri baru ditemukan pada tahun 1898 atau kurang
lebih baru dua ratus tahun yang lalu, sedangkan Al-Qur’an mereka sudah
ada semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun…!!!
Bagaimana akal manusia dapat mengetahuinya, padahal semua manusia
-bukan hanya orang-orang Arab- belum ada yang mampu mengetahui bagaimana
peradaban orang-orang Mesir di masa lampau dan bagaimana caranya mereka
mengawetkan mayat, kecuali pada masa sepuluh tahun yang lalu?
Maurice duduk termenung di dekat mumi Fir’aun tersebut sambil
memikirkan tentang bisikan yang telah ia dengar dari temannya;
bahwasanya Al-Qur’an telah menceritakan kejadian itu, padahal kitab
sucinya hanya menceritakan tentang tenggelamnya Fir’aun akan tetapi di
dalamnya tidak di jelaskan tentang keadaannya sesudah tenggelam. Ia pun
bergumam dalam kesendiriannya:
“Masuk akalkah bahwa jasad yang ada di depanku ini adalah Fir’aun
Mesir yang telah mengusir Nabi Musa? Benarkah kalau Nabinya orang muslim
yang bernama Muhammad itu sudah mengetahui tentang hal ini sejak 1400
tahun yang silam?
Berbagai pertanyaan yang belum sempat terjawab, membuat Professor
Maurice tidak dapat tidur disetiap malam. Ia kemudian mengambil Kitab
Taurat dan membacanya, sampai pada sebuah kalimat yang mengatakan:
“Kemudian air itupun kembali pada keadaan sedia kala, kemudian air laut
itupun menenggelamkan perahu-perahu beserta Fir’aun dan bala tentaranya,
hingga tidak tersisa satupun diantara mereka.”
Setelah menyelesaikan penelitian dan perbaikan, maka mumi tersebut
kemudian di kembalikan ke Mesir dengan menggunakan peti yang terbuat
dari kaca nan elok, karena menurutnya itu lebih pantas untuk orang yang
berkedudukan seperti Fir’aun. Akan tetapi Bakay masih dalam kondisi
belum puas dengan berita yang di dengarnya, bahwa orang-orang Islam
telah mengetahui keselamatan mumi ini. Ia pun lalu berkemas untuk
berkunjung ke Saudi Arabia guna menghadiri seminar kedokteran yang akan
dihadiri para pakar bedah muslim.
Dalam pidatonya, Professor Maurice memulai pembicaraan tentang hasil
penyelidikannya bahwa jasad Fir’aun dapat diselamatkan setelah
tenggelam, kemudian salah seorang diantara pakar muslim berdiri dan
membuka serta membacakan mushaf pada Surat Yunus Ayat 92 yang artinya:
“Pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat dijadikan
pelajaran bagi orang-orang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari
manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”
Professor Maurice Bucaille terheran-heran dengan penjelasan yang baru
saja ia dengar, ia lalu beranjak dari tempat duduknya dan dengan suara
lantang ia berkata: “Pada hari ini; aku menyatakan diri untuk memeluk
agama Islam dan aku mengimani Al-Qur’an ini”.
Setelah selesai seminar Professor Maurice Bucaille lalu kembali ke
Prancis dengan wajah yang berbeda dari wajah sebelum ia datang
menghadiri seminar. Selama sepuluh tahun ia tidak mempunyai pekerjaan
yang lain, selain mempelajari tentang sejauh mana keserasian dan
kesinambungan Al-Qur’an dengan sains, serta perbedaan yang bertolak
belakang dengannya. Namun apa yang ia dapati selalu berakhir sebagaimana
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Yang tidak datang kepadanya (Al
Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang
diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
(Fushshilat: 42)
Dari hasil penyelidikan yang bertahun-tahun, ia kemudian menulis
sebuah buku tentang kesinambungan Al-Quran dengan sains yang mampu
mengguncangkan Eropa. Sehingga ketika para pakar- pakar dan para ilmuwan
barat berusaha untuk mendebatnya, mereka tidak kuasa …
Tenggelamnya Fir’aun Dalam Bible
Kisah bermula dari perintah Tuhan kepada nabi Musa Alaihissalam untuk
membebaskan orang-orang Israel dari penindasan raja Fir’aun dan
sekaligus mengeluarkan mereka dari Mesir.
Nabi Musa Alaihissalam dibantu nabi Harun as menghadap ke Fir’aun,
guna meminta kepada Fir’aun untuk membawa orang-orang Israel keluar dari
Mesir yang berarti melepaskan orang-orang Israel dari kekuasaan raja
Fir’aun. Tetapi Fir’aun menolak permintaan nabi Musa Alaihissalam
tersebut.
Tuhan mengulangi lagi perintahnya kepada nabi Musa Alaihissalam,
waktu itu nabi Musa Alaihissalam sudah berumur 80 tahun. Nabi Musa
Alaihissalam menunjukkan kepada Fir’aun bahwa dirinya mempunyai
kepandaian supranatural, namun hal ini tidak membuat Fir’uan melunak.
Kemudian Tuhan mengirim siksaan berupa air sungai berubah menjadi darah,
timbulnya katak-katak, nyamuk, wabah penyakit kepada manusia dan hewan,
kegelapan dan kematian bagi bayi-bayi yang lahir pertama kali. Tetapi
hal ini masih belum menaklukkan hati Fir’aun untuk membiarkan
orang-orang Israel keluar dari Mesir atau melepaskan dari kekuasaannya.
Akhirnya, nabi Musa tidak meminta izin Fir’aun untuk membawa 600.000
orang Israel keluar dari Mesir. Jumlah tersebut belum termasuk anak-anak
sehingga bila mereka ikut dihitung jumlah keseluruhan orang-orang
Israel yang diajak nabi Musa Alaihissalam keluar Mesir adalah berkisar
antara 2 juta hingga 3 juta jiwa.
Kemudian berangkatlah orang Israel dari Raamses ke Sukot, kira-kira
enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak.
[Keluaran 12:37]
Pada waktu itulah Fir’aun mengejar nabi Musa Alaihissalam beserta
pengikutnya, dengan menggunakan 600 kereta dan kudanya yang terbaik dari
Mesir, dan setiap kereta dikendarai dua orang perwira.
Fir’aun beserta pasukannya berhasil mengejar nabi Musa Alaihissalam
dan pengikutnya, keadaan nabi Musa terjepit, didepan terbentang lautan
dan dari belakang terdesak ribuan pasukan Fir’aun.
Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang
berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu
mereka berkemah di tepi laut, dekat Pihahirot di depan Baal-Zefon.
Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang
Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel
dan mereka berseru-seru kepada TUHAN. [Keluaran 14:9-10]
Dan ketika dalam keadaan kritis:
Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu
TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras,
membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.
[Keluaran 14:21]
Maka melintaslah nabi Musa Alaihissalam dan pengikutnya, kemudian
disusul oleh Fir’aun dan tentaranya, Namun Fir’aun dan tentaranya
berjalan sangat lambat karena roda keretanya berputar miring
terseok-seok dan nabi Musa sa beserta pengikutnya berlari meninggalkan
mereka jauh. Setelah itu atas perintah Tuhan nabi Musa Alaihissalam
mengulurkan kembali tangannya ke laut, maka :
Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda
dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke
laut; seorang pun tidak ada yang tinggal dari mereka. [Keluaran 14:28]
Fir’aun beserta pasukannya tewas dalam lautan, tak seorangpun yang
hidup. Tuhan telah mencampakkan Fir’aun kedalam lautan dan membiarkan
tubuhnya musnah dalam lautan :
Dan mencampakkan Firaun dengan tentaranya ke Laut Teberau! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. [Mazmur 136:15]
Air menutupi para lawan mereka, seorang pun dari pada mereka tiada tinggal. [Mazmur 106:11]
Dari kisah tersebut, point yang dapat kita ambil adalah :
Jumlah 2 juta sampai 3 juta orang-orang Israel yang melarikan diri
keluar Mesir nampaknya sangat berlebihan. karena jumlah sebesar itu,
resiko kematian d itengah padang pasir yang amat terik tentu sangat
tinggi, ini merupakan angka yang bombastik. Apalagi mereka tidak
mempunyai persediaan makanan dan air yang cukup.
Mayat Fir’aun dimusnahkan dalam lautan.
Tenggelamnya Fir’aun Dalam Al-Qur’an
Kisah bermula pada kekafiran, kesombongan dan keingkaran bangsa Mesir
yang mengikuti Fir?aun dalam menentang Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA dan
nabinya Musa Alaihissalam dan yang menindas bangsa Israel, padahal telah
nyata petunjuk bagi mereka dan telah diperlihatkan kejadian-kejadian
luar biasa kepada mereka sebagai tanda kekuasaan Allah SUBHAANAHU WA
TA’ALAA, tetapi hati mereka tidak mau sadar, tidak mau kembali kepada
kebenaran dan beriman kepada Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA.
Sangat sedikit yang beriman dari orang-orang Mesir, ada yang
mengatakan hanya tiga orang yang beriman, yaitu istri Fir’aun, seorang
dari pengikut Fir’aun dan seorang pemberi nasehat.
Karena, Fir’aun dan bangsanya tetap ingkar dan sombong, Nabi Musa
Alaihissalam meminta kepada Fir’aun untuk meninggalkan Mesir beserta
orang-orang Bani Israel, namun Fir’aun menolak permintaan ini. Maka
turunlah perintah Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA :
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk
mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan
tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. [QS. 20:77]
Maka pergilah nabi Musa Alaihissalam bersama-sama kaumnya Bani Israel
pada malam itu juga, dan pada pagi harinya, tidak ada seorangpun dari
kaum nabi Musa Alaihissalam yaitu Bani Israel yang tertinggal di Mesir,
mereka telah pergi meninggalkan Mesir.
Pagi harinya, mengetahui orang-orang Israel telah meninggalkan Mesir,
Fir’aun sangat marah dan segera mengumpulkan tentaranya, kereta dan
kuda yang ada di seluruh wilayah Mesir untuk mengejar nabi Musa
Alaihissalam dan orang-orang Israel. Dengan marah Fir’aun berkata kepada
pasukannya :
“Orang-orang itu berjumlah tidak banyak, dan sesungguhnya, mereka telah benar-benar membuat kita marah”
Kemudian setelah tentara dan kuda-kuda terkumpul, diberangkatkanlah pasukannya mengejar Nabi Musa Alaihissalam dan Bani Israel.
”Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu
matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat,
berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul”. Musa menjawab: ”Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya
Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. [QS:
26:60-62]
Ketika pengikut nabi Musa Alaihissalam dalam keadaan ketakutan karena
akan segera tersusul, turunlah firman Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA :
Lalu Kami wahyukan kepada Musa:”Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah
seperti gunung yang besar. [QS. 26:63]
Maka melintaslah nabi Musa beserta kaumnya Bani Israel, dan Fir’aun
beserta pasukannya menyusul dibelakangnya. Ketika Nabi Musa Alaihissalam
dan pengikutnya sampai di daratan yang tinggi dan Fir’aun beserta
pasukannya masih ditengah-tengah lautan, maka datanglah pertolongan
Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA kepada nabi Musa Alaihissalam :
Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang itu. [QS. 26:65-66]
Tenggelamlah Fir’aun beserta pasukannya dan tak seorangpun
terselamatkan nyawanya termasuk Fir’aun. Namun Fir’aun saat-saat akhir
menjelang kematiannya, dia baru sadar atas keingkarannya dan dia sempat
mengucapkan kalimat tauhid dan berserah diri kepada Allah SUBHAANAHU WA
TA’ALAA :
Hingga bila Fir’aun itu hampir tenggelam berkatalah dia: ”Saya
percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil,
dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. [QS.
10:90]
Dengan perngakuan Fir’aun tersebut, Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA
berkenan menyelamatkan mayat Fir’aun agar tidak sampai hancur di dalam
lautan, dan agar tubuh Fir’aun yang dibiarkan utuh tersebut dapat
menjadi pelajaran bagi manusia kelak :
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. [QS.
10:92]
Begitulah, Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA menjaga tubuh Fir’aun tetap
utuh walaupun tertelan lautan, untuk menjadi pelajaran dan sebagai
tanda-tanda kekuasaan-NYA bagi orang-orang yang datang sesudahnya, bukan
hanya kisah tenggelamnya Fir’aun yang menjadi pelajaran dan sebagai
tanda-tanda kekuasaan Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA, tetapi tubuh fisiknya
juga.
Satu point yang dapat diambil dari kisah tenggelamnya Fir’aun dalam
Al-Qur’an, yaitu : Mayat Fir’aun dijaga utuh oleh Allah SUBHAANAHU WA
TA’ALAA.
Arkeologi Membuktikan Kebenaran Al-Qur’an
Alkitab menyatakan tubuh Fir’aun telah musnah karena tenggelam di
lautan, sedang Al-Qur’an menyatakan Tubuh Fir’aun tetap utuh dan selamat
walaupun tenggelam di lautan, di sisi lain dari dunia sejarah khususnya
bidang arkeologi, telah menemukan mummi yang diindentifikasi sebagai
jasad dari tubuh Fir’aun yang mengejar-ngejar nabi Musa Alaihissalam dan
tenggelam di lautan.
Temuan arkeologi ini, membuktikan apa yang dinyatakan Al-Qur’an
tentang tubuh Fir’aun yang dijaga utuh oleh Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA
adalah benar-benar terjadi pada 2000 tahun sebelum Al-Qur?an itu sendiri
menyatakannya. Dan temuan arkeologi ini secara bersamaan menyangkal apa
yang dinyatakan Alkitab bahwa tubuh Fir’aun telah musnah di lautan.
Bukti kebenaran Al-Qur’an ini, sekaligus menjelaskan bahwa :
Al-Qur’an bukanlah bikinan Muhammad Shallaahu ‘alaihi Wa Sallam,
karena, apa yang dikisahkan Al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang dijaga
utuh oleh Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA adalah terjadi sekitar 2000 tahun
sebelumnya, mustahil Muhammad Shallaahu ‘alaihi Wa Sallam mengetahui
kejadian tersebut. Dan ketika Al-Qur’an menyatakan tubuh Fir’aun dijaga
utuh untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya,
sama sekali tidak ada bukti riil dari jasad Fir’aun pada saat itu. Bukti
tubuh utuh Fir’aun baru ditemukan sekitar 1300 tahun setelah Al-Qur’an
menyatakannya yaitu tahun 1898 M. Tidak ada yang mampu membuat kisah
seakurat itu, kecuali yang merencanakan kisah itu terjadi yaitu Allah
SUBHAANAHU WA TA’ALAA.
Alkitab hasil campur tangan manusia, karena apa yang dikisahkan
Alkitab tentang kejadian sekitar 1300 tahun sebelumnya, ternyata
terbukti meleset setelah ditemukan mummi raja Fir’aun yang telah
dinyatakan musnah oleh Alkitab. Tentu tidak mungkin Tuhan yang membuat
pernyataan dalam Alkitab yang menyatakan tubuh Fir’aun telah dimusnakan,
karena sejarah membuktikan tubuh Fir’aun diselamatkan utuh.
Orientalis hanya bisa menuduh, Muhammad Shallaahu ‘alaihi Wa Sallam
dituduh telah membuat Al-Qur’an dengan menyontek Alkitab, tentu tuduhan
semacam ini sangat tidak ilmiah, karena telah terbukti Alkitab telah
salah mengisahkan tubuh utuh Fir’aun, sementara Al-Qur’an sangat akurat
dalam mengisahkannya. Apa yang dicontek ?
Demikianlah uraian dari kami, semoga dapat menambah keimanan kita
kepada Allah SUBHAANAHU WA TA’ALAA, dan semoga kita senantiasa
memperhatikan bukti-bukti kemukjizatan Al-Qur’an yang terbentang luas
dalam segala disiplin ilmu.
Akhirul kata, semoga menambah keimanan kita, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu.
Sumber: kempeky.wordpress.com
menarik sekali untuk dibaca
BalasHapusalat berat loader komatsu