Gue heran ketika gue masuk kampus salah satu temen gue rajin banget dah
nulis apa yang dosen gue omongin. Mungkin karena emang dasarnya aja gue
males, pas kuliah aja gue cuman dengerin dosen gue ngoceh tanpa tahu apa
yang dia bicarain. Bukan cuma itu doang, pas ngasih materi gue jarang
banget ngerangkum apa yang dosen gue omongin, cuman kalo lagi mendesak
baru deh gue nulis.
Gue duduk di samping Ilham, anaknya pinter, hobi baca buku, gak cupu,
tapi dia emang gak suka gabung sama gue dan temen-temen buat nongkrong.
Setahu gue, dia itu rajin dan aneh. Ya, dia aneh, nulis beberapa impian
dia buat masa depan dan nulis apa yang dosen bicarain kalo lagi "Mario
Teguh"-an.
"Ham, elu tuh nulis apaan sih? Penting ya nulis kata-kata motivasi sampe
berlembar-lembar kayak gini?" celetuk gue ketika Ilham lagi baca buku
tebal berwarna biru item.
"Semua itu tergantung individu, Tra! Kalo elu nganggep penting, ya penting, kalo nggak ya nggak," jawab Ilham santai.
"Aduh, kalo gue disuruh beginian, thank you so much, ampun, ampun!" balas gue.
"Hahaha emang dasar lu-nya aja! Oya, bulan depan gue mau ikutan English
camp, nih kalo lu mau gabung," ucap Ilham menyodorkan brosur EC yang
diadakan sebuah LBB di kota gue.
Gue yang dasarnya males, langsung aja nolak mentah-mentah, "Gue ikutan
beginian? Makasih banget deh, Ham! Elu aja yang ikut, gue mah ga
tertarik sama beginian walau nilai Bahasa Inggris gue jelek,"
"Elu gimana sih? Justru dengan adanya event ini lu bisa nunjukin buat
diri lu, kalo elu juga bisa! Bukankah elu tahu, kalau Tuhan tidak akan
mengubah suatu kaum kecuali bila kaum itu mau berubah?"
Mendengar ceramahannya gue langsung alergi telinga, "Ya deh terserah lu," jawab gue kemudian berlalu meninggalkannya.
***
Gue bener-bener bingung banget! Gue langsung merebahkan diri gue di
tempat tidur. Kemeja biru muda yang gue pakai langsung tak karuan.
Seperti layaknya otak dan pikiran gue yang tak karuan. Sudah hampir 8
bulan ini tak satupun kantor yang gue kirimi surat lamaran pekerjaan
memberi kabar apakah gue bisa di terima atau tidak. Gue benar-benar
bingung. Kadang gue iri dengan teman-teman gue yang gak butuh waktu lama
buat dapat kerja. Sedangkan gue? Mengapa rasanya pekerjaan menjauh dari
gue?
Gue melirik tumpukan kertas di meja dekat lemari. Gue berusaha bangkit
dari tempat tidur. Tanpa menghiraukan rasa lelah yang berkecamuk di
badan gue, gue mencoba mencari daftar perusahaan yang pernah gue
datangi. Saat gue mencarinya, secarik kertas seperti meremehkanku. Ia
seakan tertawa pada penderitaanku selama ini. Brosur English Camp yang
gue dapat dari Ilham tiga tahun lalu. Gue jadi inget sama kejadian yang
menimpa gue sekitar empat bulan lalu....
"Selamat sore, maaf apakah benar ini bagian personalia perusahaan Artaniva?" sapaku ketika menelepon bagian personalia.
"Iya, benar. Maaf ini siapa dan ada yang bisa kami bantu?" jawabnya seorang wanita.
"Begini Mbak, dua minggu yang lalu saya interview kemudian saya akan
dikabari seminggu yang lalu tapi, sampai sekarang kenapa belum
dihubungi?" tanyaku sopan.
"Maaf atas nama siapa ya?"
"Putra Ardiansyah"
"Tunggu sebentar, akan kami check," pinta Mbak personalia itu.
Tak lama, wanita tersebut kembali menghubungiku, "Mohon maaf, nama Anda
tidak tercantum di database kami sebagai karyawan baru di sini."
"Kenapa bisa begitu, Mbak?"
"Menurut catatan di CV yang Anda miliki, anda memiliki pengetahuan yang
luas, attitude-nya bagus, namun Anda gagal di kemampuan Bahasa. Dimana,
saingan Anda saat itu memiliki kemampuan bahasa yang mumpuni. Mungkin
itu yang bisa kami sampaikan, ada lagi?"
"Tidak, terima kasih" balasku lemas.
Beberapa rangkaian test memang sudah gue ikuti di perusahaan tersebut.
Hampir semuanya bisa gue atasi hingga tersisa lima pelamar. Namun,
sangat disayangkan ketika kemampuan bahasa gue jatuh.
Coba dulu gue ikutan English Camp....
"Waktu berlalu lebih cepat dari yang kamu bayangkan. Tanpa kamu sadari, waktu juga tak bisa membawamu kembali pada masa lalu"
Sumber : http://arifdarma.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar